Archive for the ‘Profesi Guru’ Category
Silahkan didownload Download:
pedoman UKG (revisi 12-07-2012)
Sosialisasi Uji Kompetensi Online UKG (BPSDMP Tim IT)
Sumber : Pak Prihadi Utomo
Contoh Lembar Pengamatan Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Karakter
Posted February 23, 2012
on:Download:
Sumber : Workshop pendidikan karakter 2011
NILAI |
DESKRIPSI |
PENERAPAN DI SEKOLAH |
|
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. |
– Isra’ Mi’raj Muhammad SAW – Nuzulul Qur’an – Sholat Idul Adha – Maulid Nabi Muhammad SAW
– Sholat dhuha (istirahat I) – Sholat dhuhur berjamaah(istirahat II) – Sholat Ashar berjamaah (setelah PBM berakhir)
|
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. |
|
|
|
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama , suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda darinya. |
|
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. |
|
|
2.KERJA KERAS | Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya |
|
3.KREATIF | Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. |
|
4.MANDIRI | Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. |
|
DEMOKRATIS | Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak, kewajiban dirinya dan orang lain |
|
6.RASA INGIN TAHU | Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari suatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar. |
|
7. SEMANGAT KEBANGSAAN | Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya |
|
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik ekonomi. |
|
|
MENGHARGAI PRESTASI | Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. |
|
BERSAHABAT/ BERKOMUNIKASI | Tindakan yang memperlihatkan rasa senang bicara, bergaul, dan menghormati keberhasilan orang lain. |
|
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadirannya. |
|
|
MEMBACA | Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya. |
|
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. |
|
|
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. |
|
|
JAWAB | Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara,dan Tuhan Yang Maha Esa. |
|
Contoh Indikator Keberhasilan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah
Posted February 23, 2012
on:Download:
INDIKATOR KEBERHASILAN SEKOLAH DAN KELAS DALAM PELAKSANAAN PEND KARAKTER
Sumber: Workshop pendidikan Karakter 2011 Semarang
NILAI |
Deskripsi |
INDIKATOR SEKOLAH |
1. Religius | Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. |
|
2. Jujur | Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. |
|
3. Toleransi | Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya |
|
4. Disiplin | Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
|
|
5. Kerja Keras | Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. |
|
6. Kreatif | Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. | Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir dan bertindak kreatif.
|
7. Mandiri | Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas | Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik. |
8. Demokratis | Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
|
|
9. Rasa Ingin Tahu | Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
|
|
10. Semangat Kebangsaan | Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
|
|
11. Cinta Tanah Air | Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. |
|
12. Menghargai Prestasi | Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.
|
|
13. Bersahabat/
Komuniktif |
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. |
|
14. Cinta Damai | Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya |
|
15. Gemar Membaca | Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
|
|
16. Peduli Lingkungan | Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. |
|
POS UN 2012
Posted January 15, 2012
on:Silahkan didownload:
Panduan Guru: Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Seni Budaya SMP
Posted December 29, 2011
on:Download:
BAGIAN II: PANDUAN KHUSUS
MATA PELAJARAN SENI BUDAYA
(SENI RUPA)
Untuk mata pelajaran Seni Rupa, karakter yang acuan adalah karakter pokok dan karakter utama. Untuk karakter utama, selain karakter yang telah dipetakan di atas, perlu ditambahkan karakter yang khas yaitu kreativitas dan kepekaan estetik.
A. Nilai-nilai Karakter Utama untuk Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa)
1. Apresiasi Seni Rupa
Nilai-nilai karakter utama untuk Pembelarajan Apresiasi Seni Rupa antara lain sebagai berikut.
Nilai Utama |
Indikator |
Kereligiusan |
|
Kejujuran |
|
Kecerdasan |
|
Ketangguhan |
|
Kepedulian |
|
Kedemokratisan |
|
Menghargai keberagaman |
|
Nasionalisme |
|
Menghargai karya orang lain |
|
Keingintahuan |
|
Disiplin |
|
Kesantunan |
|
Tanggung jawab |
|
Kreativitas |
|
Kepekaan estetik |
|
2. Berkreasi Seni Rupa
Nilai-nilai karakter utama untuk Pembelarajan Berkreasi Seni Rupa antara lain sebagai berikut.
Nilai Utama |
Indikator |
Kereligiusan |
|
Kejujuran |
|
Kecerdasan |
|
Ketangguhan |
|
Kepedulian |
|
Kedemokratisan |
|
Menghargai keberagaman |
|
Nasionalisme |
|
Menghargai karya orang lain |
|
Keingintahuan |
|
Disiplin |
|
Kesantunan |
|
Tanggung jawab |
|
Kreativitas |
|
Kepekaan estetik |
|
B. Kegiatan Pembelajaran Seni Rupa yang Mengembangkan Karakter
Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran seni rupa dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Di antara prinsip-prinsip yang dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi yang mengembangkan karakter adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selama ini telah diperkenalkan kepada guru, termasuk guru-guru SMP seluruh Indonesia sejak tahun 2002, yang diintensifkan dalam pelaksanaan KTSP secara bertahap mulai tahun 2006.
Pada dasarnya pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual menerapkan sejumlah prinsip belajar. Prinsip-prinsip tersebut secara singkat dijelaskan berikut ini.
a. Pembelajaran Seni Rupa berdasarkan Prinsip Konstruktivisme
Seperti dijelaskan di muka, konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa seseorang menyusun atau membangun pemahaman mereka terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman baru dan pengetahuan awal serta kepercayaannya.
Berdasarkan prinsip konstruktivisme, guru seni rupa dapat mengembangkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep seni rupa secara mendalam melalui pengalaman-pengalaman belajar otentik dan bermakna. Dalam proses pembelajaran, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong aktivitas berpikirnya. Untuk membangun sendiri pengetahuannya guru harus melibatkan secara aktif dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru harus merancang pembelajaran seni rupa dalam bentuk kegiatan berapresiasi dan berkreasi seni rupa yang mengaktifkan dan menyenangkan siswa, baik dalam kegiatan individual maupun kelompok.
Secara umum, tugas guru seni dalam pembelajaran konstruktivis adalah memfasilitasi proses pembelajaran seni rupa dengan:
1) menjadikan pembelajaran apresiasi dan berkreasi seni rupa bermakna dan relevan bagi siswa,
2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri dalam berapresiasi maupun berkreasi seni rupa,
3) menyadarkan siswa agar menerapkan strateginya sendiri dalam belajar berapresiasi dan berkreasi seni rupa.
b. Memfasilitasi Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa
Untuk melaksanaan pembelajaran apresiasi seni rupa, guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut:
1) mempelajari seni rupa melalui sumber-sumber tertulis atau elektronik (buku, majalah, ensiklopedia, VCD, internet, dan sebagainya) dan membuat laporannya
2) mengunjungi pameran seni rupa, galeri seni rupa, museum seni rupa, pasar seni, pusat-pusat kerajinan, dan sebagainya serta membuat laporannya
3) mengunjungi atau mengundang seniman atau pengrajin untuk melakukan wawancara tentang pandangan dan karyanya serta membuat laporannya.
4) membuat sajian apresiasi seni rupa berdasarkan berbagai sumber dalam bentuk berbagai media, misalnya artikel untuk majalah dinding atau blog internet, VCD, video untuk diunggah di internet, dan sebagainya
5) Membuat kliping seni rupa
Dalam menentukan kegiatan tersebut, guru perlu mempertimbangkan kelayakannya sebagai kegiatan individu atau kegiatan kelompok. Sebagai contoh, Membuat kliping seni rupa cocok untuk kegiatan individu, karena setiap siswa mampu mengerjakannya dan hasilnya juga merupakan koleksi pribadi. Dari segi pengembangan karakter, kegiatan ini berguna untuk melatih kemandirian, percaya diri, kreativitas, dan sebagainya. Sebaliknya untuk tugas yang cukup kompleks, misalnya membuat sajian media apresiasi seni rupa, cocok untuk kegiatan kelompok. Kegiatan kelompok ini penting bagi pengembangan nilai-nilai seperti kerja sama, tanggung jawab, demokratis, dan sebagainya. Meskipun kegiatan pembelajaran apresiasi seni rupa dilakukan secara bersama-sama, misalnya mengunjungi pameran atau galeri seni rupa, guru tetap dapat memberikan tugas individual, misalnya meminta siswa membuat tanggapan tentang salah satu karya seni rupa yang dipilihnya dalam bentuk laporan.
c. Memfasilitasi Kegiatan Berkreasi Seni Rupa
Pembelajaran berkreasi seni rupa pada dasarnya berbentuk tugas praktik membuat karya seni rupa, yang dilengkapi dengan pameran seni rupa, baik di kelas, sekolah, atau masyarakat. Dalam hal ini, guru juga perlu memberikan tugas individual maupun kelompok. Untuk pengembangan karakter, tugas individual berguna untuk mengembangkan nilai-nilai seperti mandiri, percaya diri, tanggung jawab, kreatif, inovatif, tangguh, dan sebagainya. Tugas kelompok berguna bagi pengembangan nilai-nilai seperti kerja sama, demokratis, peduli, menghargai karya orang lain, dan sebagainya.
Untuk mengefektifkan pengembangan karakter dalam pembelajaran praktik berkarya seni rupa, guru perlu berupaya mendorong siswa melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) mengembangkan konsep atau gagasannya sendiri dalam mengerjakan tugas individual, antara untuk mengembangkan nilai-nilai seperti percaya diri, jujur, dan mandiri,
2) mengerjakan karyanya dengan usahanya sendiri, antara lain untuk mengembangkan nilai-nilai seperti percaya diri, tanggung jawab, jujur, dan mandiri,
3) melakukan eksplorasi dan eksperimen dalam mengembangkan karyanya, antara lain untuk mengembangkan nilai-nilai seperti ingin tahu, kreatif, dan inovatif,
4) menangani bahan dan alat sesuai prosedur, untuk mengembangkan nilai-nilai seperti disiplin, peduli lingkungan, dan tanggung jawab,
5) melibatkan diri secara aktif dalam melaksanakan tugas kelompok, antara lain untuk mengembangkan nilai-nilai seperti demokratis, kerja sama, tanggung jawab, dan menghargai karya orang lain ,
6) menghasilkan karya seni rupa yang berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain
7) menghasilkan karya seni rupa yang berkualitas, untuk mengembangkan nilai-nilai seperti tanggung kreatif, tangguh, dan tanggung jawab,
8) memperlakukan dengan sebaik-baiknya karya sendiri maupun karya orang lain, antara lain untuk mengembangkan nilai-nilai menghargai karya dan prestasi sendiri dan orang lain, tanggung jawab, dan peduli.
d. Bertanya (Questioning)
Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Dalam pembelajaran seni rupa yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
1) menggali informasi, baik teknis maupun akademis tentang penciptaan dan pameran seni rupa
2) mengecek pemahaman siswa tentang konsep-konsep seni rupa
3) membangkitkan respon siswa terhadap karya seni rupa
4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa tentang makna karya seni rupa atau teknik penciptaan seni rupa
5) mengetahui konsep-konsep seni rupa yang sudah diketahui siswa
6) memfokuskan perhatian siswa pada karya seni rupa yang sedang dibahas
7) menyegarkan kembali pengetahuan siswa tentang konsep-konsep seni rupa
Pembelajaran seni rupa yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun siswa mencapai tujuan belajar dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, dan percaya diri.
e. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri adalah proses pembelajaran yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Dalam pelajaran IPA inkuiri dilaksanakan melalui siklus menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan.
Dalam seni rupa, metode inkuiri dapat digabungkan dengan kritik seni rupa. Kritik seni rupa mencakup unsur-unsur: (1) deskripsi, (2) analisis, (3) interpretasi, dan (4) evaluasi. Penggabungan ini dapat dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan sebagai berikut:
1) Merumuskan Masalah
Dalam mengkaji karya seni rupa dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan seperti: (1) Bagaimana identitas karya (Apakah jenisnya? Apakah nama atau judulnya? Siapa penciptanya? Apakah objek atau temanya?) (2) Bagaimana bentuk atau komposisinya? (3) Bagaimana teknik pembuatannya? (4) Bagaimana maknanya? Bagaimana kualitasnya?
2) Pengamatan (Observasi) dan Deskripsi
Observasi dapat dilakukan terhadap karya seni rupa dan proses pembuatan karya seni rupa. Observasi terhadap hasil karya seni rupa murni (lukisan, patung, dan seni grafis) dilakukan untuk mengidentifikasi ciri-ciri objek, bentuk, dan teknik. Objek (tema) misalnya manusia, pemandangan alam, alam benda, binatang, atau tumbuh-tumbuhan. Bentuk (komposisi) adalah susunan unsur-unsur seni rupa (garis, bidang, warna, gelap-terang, tekstur volume, dan ruang). Teknik adalah cara menggunakan bahan dan alat untuk mewujudkan karya seni rupa. Observasi terhadap proses pembuatan karya seni rupa dilakukan untuk mengidentifikasi prosedur dan teknik pembuatan karya seni kerajinan, yaitu langkah-langkah dalam menggunakan bahan dan alat untuk mewujudkan karya seni rupa.
Hasil pengamatan tersebut diuraikan dalam deskripsi tertulis. Jadi, deskripsi adalah uraian secara tertulis tentang apa saja yang dapat dilihat atau diidentifikasi pada karya seni rupa.
3) Analisis, Interpretasi, dan Evaluasi
Analisis dilakukan untuk memahami hubungan antara objek (tema), bentuk (komposisi), dan teknik pada suatu karya. Interpretasi adalah menyimpulkan makna-makna yang diungkapkan dalam karya tersebut, sedangkan evaluasi adalah pertimbangan tentang kualitas karya.
4) Pembuatan Laporan
Deskripsi, analisis, interpretasi, dan evaluasi tersebut diuraikan secara tertulis dalam bentuk laporan, yang dilengkapi dengan gambar-gambar seperlunya.
5) Pengkomunikasian Hasil Kajian
Hasil pengkajian karya seni rupa dapat dikomunikasikan melalui berbagai bentuk, seperti makalah untuk diskusi kelas, artikel majalah dinding, artikel intuk blog internet, atau media lainnya.
Pembelajaran seni rupa yang menerapkan prinsip inkuiri dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab.
f. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Dalam pembelajaran seni rupa, konsep masyarakat belajar dapat diterapkan dalam bentuk tugas kelompok, baik dalam kegiatan apresiasi maupun berkreasi seni rupa. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk memberikan pendapat dan berbagi gagasan, mendengarkan gagasan siswa lain dengan cermat, dan bekerja sama untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik daripada belajar secara individual.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Semua pihak mau saling mendengarkan.
Praktik masyarakat belajar dalam seni rupa antara terwujud dalam:
1) Tugas berapresiasi dan berkreasi dalam kelompok kecil atau kelompok besar
2) Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (seniman, pengrajin, kritikus/pengamat seni rupa)
3) Bekerja sama dengan kelas sederajat, kelas di atasnya, atau masyarakat dalam penyelenggaraan pameran seni rupa
Penerapan prinsip masyarakat belajar dalam pembelajaran seni rupa dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain kerjasama, menghargai pendapat orang lain, santun, demokratis, patuh pada turan sosial, dan tanggung jawab.
g. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar. Dalam pembelajaran seni rupa, pemodelan dilakukan baik dalam kegiatan apresiasi maupun berkreasi seni rupa. Pemodelan dapat dilakukan oleh guru, atau melalui media, atau melibatkan siswa.
Contoh praktik pemodelan di kelas:
1) Memberi contoh membuat bentuk elips dan asir dalam menggambar bentuk.
2) Mendatangkan seorang seniman (pelukis, pematung, atau pengrajin) ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh tersebut.
3) Menunjukkan contoh hasil karya seni kerajinan sebagai contoh siswa dalam membuat karyanya.
4) Mendemonstrasikan penggunaan bahan dan alat dalam membuat karya seni rupa.
Pemodelan dalam pembelajaran seni rupa antara lain dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, menghargai orang lain, dan rasa percaya diri.
h. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan agar siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan lakukan selama proses pembelajaran untuk membantu mereka menemukan makna personal masing-masing. Dalam pembelajaran seni rupa, refleksi biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran antara lain melalui diskusi, tanya-jawab, penyampaian kesan dan pesan, saling memberi komentar tentang karya yang dihasilkan, dan mengisi instrument penilaian diri. Contoh instrumen penilaian diri untuk apreseiasi dan berkreasi seni rupa sebagai berikut.
Contoh Instrumen Penilaian Diri untuk Apresiasi Seni Rupa:
Berikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut dengan membuat tanda cek (√) pada kolom jawaban “Ya” atau “Tidak”.
Setelah mengikuti pembelajaran dan melaksanakan tugas-tugas apresiasi seni rupa terapan di DKI Jakarta , apakah Kamu dapat: |
Ya |
Tidak |
1. Memahami pengertian seni rupa murni? | ||
2. Memahami pengertian seni rupa terapan? | ||
3. Mengenal karya-karya seni rupa terapan di DKI Jakarta? | ||
4. Memahami asal-usul seni rupa terapan di DKI Jakarta? | ||
5. Memahami teknik pembuatan karya-karya seni rupa terapan di DKI Jakarta? | ||
6. Memahami ciri-ciri bentuk karya-karya seni rupa terapan di DKI Jakarta? | ||
7. Memahami fungsi dan makna karya-karya seni rupa terapan di DKI Jakarta? | ||
8. Menikmati keindahan karya-karya seni rupa terapan di DKI Jakarta? | ||
9. Menghargai karya-karya seni rupa terapan sebagai hasil ciptaan seniman/pengrajin? |
Contoh Instrumen Penilaian Diri untuk Berkresiasi Seni Rupa
Berikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut dengan membuat tanda cek (√) pada kolom jawaban “Ya” atau “Tidak”.
Setelah mengikuti pembelajaran dan melaksanakan tugas-tugas berkreasi gambar bentuk apakah Kamu dapat: |
Ya |
Tidak |
1. Memahami pengertian tentang gambar bentuk? | ||
2. Memahami langkah-langkah dan teknik menggambar bentuk? | ||
3. Menghasilkan karya gambar bentuk yang bagus? | ||
4. Mengerjakan tugas menggambar bentuk dengan percaya diri? | ||
5. Menghargai karya gambar bentuk saya sendiri? | ||
6. Menghargai karya gambar bentuk saya teman sekelas? |
Refleksi dalam pembelajaran seni rupa antara lain dapat menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan kritis, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, dan menghargai pendapat orang lain.
i. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)
Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut semestinya dapat mengekspresikan prestasi (performance) yang ditemui di dalam praktek dunia nyata seperti tempat kerja. Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian.
Penilaian dalam pembelajaran seni rupa mencakup penilaian dalam berapresiasi dan berkreasi seni rupa. Penilaian otentik dalam berapresiasi seni misalnya tugas menulis ulasan atau artikel tentang karya seni rupa, membuat kliping seni rupa, dan membuat sajian apresiasi seni rupa untuk diunggah di blog internet atau media berbagi informasi (Youtube, Twetter, Facebook). Penilaian otentik dalam berkreasi seni rupa adalah tugas membuat karya seni rupa dan melaksanakan pameran. Penilaian karakter juga perlu dilakukan selama proses belajar, yaitu melalui observasi, misalnya dengan instrumen berikut.
Contoh Instrumen Observasi Proses Pembelajaran Apresiasi Seni
Nama |
Nilai Karakter |
Skor |
|||||||||||
Santun |
Displin |
Demo-kratis |
Meng-hargai karya orang lain |
||||||||||
1 | 2 | 3 | 1 | 2 | 3 | 1 | 2 | 3 | 1 | 2 | 3 | ||
1.
2. 3. dst.
|
Keterangan: 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik
Contoh Instrumen Observasi Proses Pembelajaran Berkreasi Seni
Nama |
Nilai Karakter |
Skor |
|||||||||||
Tang-guh |
Displin |
Peduli |
Meng-hargai karya orang lain |
||||||||||
1 | 2 | 3 | 1 | 2 | 3 | 1 | 2 | 3 | 1 | 2 | 3 | ||
1.
2. 3. dst.
|
Keterangan: 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik
Penilaian autentik dalam pembelajaran seni rupa dapat mengembangkan berbagai karakter antara lain kejujuran, kreativitas, inovasi, tanggung jawab, menghargai karya dan prestasi orang lain, kedisiplinan, dan cinta ilmu.
C. Penggunaan BSE Mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) untuk Pendidikan Karakter
1. Gambaran Umum BSE Mata Pelajaran Seni Rupa
a. Isi
Isi BSE Seni Rupa untuk Kelas VII, VIII, dan IX secara umum telah sesuai dengan SK dan KD, dengan kelengkapan, keluasan, kedalaman, dan keaktualan. Namun demikian, khususnya untuk KD Kelas 7, berkaitan dengan seni rupa daerah setempat, BSE difokuskan pada seni rupa terapan di DKI Jakarta. Oleh karena itu, materi tersebut tidak cocok untuk daerah-daerah lain, sehingga harus dimodifikasi, disesuaikan dengan seni rupa rupa di daerah tersebut. Untuk menekankan karakter yang khas dalam seni rupa, yaitu kepekaan estetik, perlu pula diberikan materi analisis bentuk karya seni rupa, untuk memahami aspek komposisinya.
b. Metode pembelajaran
BSE untuk mata pelajaran Seni Rupa telah mengacu pada pembelajaran aktif. Namun demikian, agar dapat lebih mengaktifkan siswa dan mengembangkan karakter, langkah-langkah pembelajaran perlu dikembangkan lagi. Untuk pembelajaran apresiasi seni rupa, dalam pengalaman-pengalaman belajar yang lebih mengintensifkan interaksi siswa dengan karya seni rupa, yaitu dengan menerapkan metode inkuiri yang digabungkan dengan kritik seni rupa dalam taraf sederhana.
c. Bahasa
Secarara umum BSE mata pelajaran Seni Rupa menggunakan bahasa sesuai dengan criteria yang ditetapkan oleh BSNP.
d. Grafika
Dari segi tata cetak, BSE mata pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) secara umum telah memenuhi standar grafika yang ditetapkan oleh BSNP.
2. Potensi BSE Mata Pelajaran Seni Rupa untuk Pendidikan Karakter
Karena disusun berdasarkan CTL dan life skill, penyajian materi dalam BSE mata pelajaran seni rupa secara berpotensi untuk pengembangan karakter. Namun demikian, guru perlu melakukan revisi seperlunya untuk menambahkan atau menegaskan karakter yang ingin dikembangkan, baik pada aspek materi, penyajian, maupun evaluasi.
Sebagai contoh, untuk materi pembelajaran, guru dapat menambahkan keterangan tertentu yang mengandung nilai tertentu, misalnya nilai simbolik yang mengandung nilai religius. Untuk penyajian, misalnya guru dapat menambahkan kegiatan tertentu untuk mengembangkan nilai tertentu, misalnya tugas kelompok untuk mengembangkan nilai kerja sama. Demikian juga untuk evaluasi, guru dapat menambahkan penilaian afektif untuk mengukur pencapaian nilai-nilai yang diinginkan.
3. Strategi Penggunaan BSE Mata Pelajaran Seni Rupa untuk Pendidikan Karakter
Adaptasi BSE mata pelajaran Seni Budaya bidang Seni Rupa juga harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. BSE Seni Rupa disusun berdasarkan asumsi alokasi waktu dua jam pelajaran. Sementara itu, sesuai dengan Standar Isi, satuan pendidikan dapat membuat kebijakan untuk melaksanakan salah satu, dua, tiga atau keempat bidang seni (Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater), sehingga jumlah waktu yang tersedia untuk pembelajaran seni rupa tergantung pada kebijakan tersebut. Dengan kata lain, dalam mengadaptasi BSE tersebut, guru dapat mengambil bagian-bagian tertentu saja sesuai dengan waktu yang tersedia.
Penggunaan BSE dapat dilakukan adaptasi sebagai berikut:
a. Adaptasi lengkap
Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam tiga aspek sekaligus, yaitu isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasi dari bahan ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, reformulasi dan/atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang direvisi. Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.
Sebagai contoh, untuk pembelajaran apresiasi seni rupa daerah setempat di Kelas 1 Semester 1, guru mengambil seluruh materi Unit 1 Semester 1 pada BSE Seni Rupa Kelas 7, dengan membuat adaptasi dari segi isi dengan memberikan pernyataan-pernyataan untuk menegaskan nilai-nilai karakter tertentu. (Lampiran 1).
b. Adaptasi sebagian/parsial
Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi dari bahan ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, atau reformulasi dan/atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang direvisi. Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.
Sebagai contoh, untuk pembelajaran apresiasi seni rupa daerah setempat di Kelas 1 Semester 1, guru mengambil sebagian materi Unit 1 Semester 1 pada BSE Seni Rupa Kelas 7, dengan membuat adaptasi dari segi isi dengan memberikan pernyataan-pernyataan untuk menegaskan nilai-nilai karakter tertentu. (Lampiran 2).
Sumber: Pelatihan Pendikar untuk SMP
Recent Comments