Belajar jadi Guru

PANDUAN PENDIDIKAN KARAKTER MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Posted on: December 19, 2011


Download:

PANDUAN GURU MODEL Bahasa Indonesia SMP

01. Sillabus B. Ind. VII-1 Revisi

02. RPP B. IND. DG KARAKTER

 

BAGIAN  II

PANDUAN PENDIDIKAN KARAKTER

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

 

 

  1. A.             Nilai-nilai Karakter untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Nilai karakter yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran untuk semua mata pelajaran pada dasarnya sama, yaitu nilai karakter manusia dalam berkehidupan, berketuhanan, dan bersesama. Lebih rinci, nilai karakter itu berkenaan dengan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan bangsa. Artinya, dalam kehidupan, nilai karakter itu berfungsi mengontrol dan dimanifestasikan dalam hubungan seseorang dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain, lingkungan alam, dan bangsa. Demikian pula, nilai karakter untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.

Sesuai dengan anjuran yang telah dikemukakan di atas, nilai karakter yang dapat diitegrasikan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia terdiri dari beberapa nilai karakter pokok atau utama. Ketentuan yang berkenaan dengan nilai karakter pokok atau utama itu bukan berarti membatasi pengenalan, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter yang lain. Artinya, nilai karakter yang lain, sepanjang memungkinkan diitegrasikan dalam pembelajaran, juga dianjurkan untuk dikenalkan, dikembangkan, dan dibudayakan dalam kehidupan nyata peserta didik. Nilai karakter pokok, dalam hal ini, ialah nilai karakter yang dijadikan pangkal tolak pengembangan nilai karakter yang lain. Melalui penanaman, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter pokok ini diharapkan nilai karakter yang lain dapat dikembangkan pula. Nilai karakter utama ialah nilai karakter yang diprioritaskan untuk ditanamkan, dikembangkan, dan dibudayakan bagi dan oleh peserta didik. Beberapa nilai karakter utama juga disebutkan dalam nilai karakter pokok karena nilai karakter itu merupakan dasar atau pangkal tolak pengenalan, pengembangan, dan pembudayaan nilai karakter yang lain.

Satu hal yang perlu disadari ialah tidak ada nilai karakter kehidupan manusia yang berdiri sendiri, terpisah satu dengan yang lain. Nilai karakter yang satu dan nilai karakter yang lain senantiasa saling bersinggungan, tumpang tindih, dan atau terkait; bahkan nilai karakter yang satu kadang merupakan prasyarat bagi nilai karakter yang lain; nilai karakter yang satu kadang juga merupakan manifestasi atau perwujudan dari nilai karakter yang lain.

Untuk mata pelajaran bahasaIndonesia, nilai karakter pokok dan nilai karakter utama yang dianjurkan untuk diitegrasikan dalam pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut.

 

 

  1. 1.     Nilai Karakter Pokok dan Indikatornya

Di antara butir-butir nilai karakter yang dianjurkan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran, ada enam butir nilai yang dipilih sebagai nilai karakter pokok, yaitu nilai karakter yang menjadi pangkal tolak pengembangan nilai karakter yang lain. Enam nilai karakter pokok tersebut dapat dirumuskan indikatornya berdasarkan empat kompetensi keterampilan berbahasa seperti pada tabel berikut.

 

Nilai Karakter

Indikator

Kereligiusan

  • Berkata dan bertindak sesuai norma keagamaan
  • Menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama
  • Melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh agama
    • memiliki kepekaan dalam memahami dan atau menguasai aspek-aspek keimanan (kereligiusan) dalam konteks keterampilan mendengarkan; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan mendengarkan.
    • memiliki kepekaan dalam memahami dan atau menguasai aspek-aspek keimanan  (religius) dalam konteks keterampilan berbicara; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan berbicara
    • memiliki kepekaan dalam memahami dan atau menguasai aspek-aspek keimanan  (religius) dalam konteks keterampilan membaca; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan membaca.
    • memiliki kepekaan dalam memahami dan atau menguasai aspek-aspek keimanan  (religius) dalam konteks keterampilan menulis; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek kereligiusan melalui kegiatan menulis.
Kejujuran

  • berkata dan bertindak apa adanya
  • berkata dan bertindak dengan ikhlas

 

  • memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai kejujuran dalam konteks keterampilan mendengarkan; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kejujuran melalui kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai kejujuran dalam konteks keterampilan berbicara; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek nilai kejujuran melalui kegiatan berbicara.
  • memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai kejujuran dalam konteks keterampilan membaca; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kejujuran melalui kegiatan membaca.
  • memiliki kebiasaan menghargai dan menerapkan nilai kejujuran dalam konteks keterampilan menulis; misalnya, mampu menerapkan aspek-aspek nilai kejujuran melalui kegiatan menulis.
Kecerdasan

  • berpikir rasional
  • berpikir faktual
  • berpikir cermat
  • berpikir kritis
  • berpikir kreatif
  • berpikir inovatif
    • memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkan dan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kejujuran melalui kegiatan mendengarkan.
    • memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkan dan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, mampu menerapkan aspel nilai kecerdasan dalam kegiatan berbicara.
    • memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkan dan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, mampu mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kecerdasan melalui kegiatan membaca.
    • memiliki kebiasaan berupaya untuk mendapatkan dan atau menerapkan berbagai aspek nilai kecerdasan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, mampu menerapkan aspel nilai kecerdasan dalam kegiatan menulis.
Ketangguhan

  • ulet dalam melakukan pekerjaan
  • pantang menyerah ketika mendapatkan kendala atau tatangan
  • tahan dlm menghadapi permasalahan
    • memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam konteks penguasan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan mendengarkan.
    • memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam konteks penguasan keterampilan berbicara; dapat menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan berbicara.
    • memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam konteks penguasan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan membaca.
    • memiliki berbagai aspek nilai ketangguhan dalam konteks penguasan keterampilan menulis; dapat menerapkan aspek nilai ketangguhan dalam kegiatan menulis.
Kedemokratisan

  • menghargai hak orang lain
  • menyadari kewajiban diri sendiri
    • menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan mendengarkan.
    • menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan berbicara.
    • menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan membaca.
    • menyadari, menghargai, dan menerapkan berbagai aspek nilai demokratis dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan menulis.
Kepedulian

  • memperhatikan sesama dan lingkungan
  • menghiraukan sesama dan lingkungan
  • mengindahkan sesama dan lingkungan

 

  • memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan membaca.
  • memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kepedulian dalam kontek penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menerapkan aspek nilai kepedulian dalam kegiatan menulis.

 

 

  1. 2.      Nilai Karakter Utama dan Indikatornya

Beberapa butir nilai karakter utama yang dianjurkan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sudah dikemukakan di atas dan di antaranya sudah sebutkan pula pada uraian mengenai nilai karakter pokok. Oleh karena itu, nilai karakter yang termasuk nilai karakter pokok tidak dikemukakan lagi dalam daftar nilai karakter utama berikut. Selebihnya, nilai karakter utama yang diprioritaskan untuk diintegrasikan dalam pembelajaran dapat dikemukakan melalui tabel berikut ini.

 

Nilai Karakter

Indikator

Kelogisan
  • memiliki kebiasaan berpikir logis dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam kegiatan mendengarkan informasi.
  • memiliki kebiasaan berpikir logis dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki kebiasaan berpikir logis dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam menerima informasi melalui kegiatan membaca.
  • memiliki kebiasaan berpikir logis dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menerapkan aspek nilai kelogisan dalam kegiatan menulis.
Kekritisan
  • memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menerapkan aspek kekritisan dalam menerima informasi melalui kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menerapkan aspek kekritisan dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menerapkan aspek kekritisan dalam menerima informasi melalui kegiatan membaca.
  • memiliki kebiasaan berpikir kritis dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; dapat menerapkan aspek kekritisan dalam kegiatan menulis.
Kreativitas
  • memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menghargai aspek kreativitas dalam menerima informasi melalui kegiatan mendengarkan .
  • memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; dapat menerapkan nilai kreatif dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; dapat menghargai aspek kreativitas dalam menerima informasi melalui kegiatan membaca.
  • memiliki atau menunjukkan kreativitas dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menerapkan aspek kreatif dalam kegiatan menulis.
Inovasi
  • memiliki kemauan untuk mengidentifikasi dan menghargai aspek inovasi dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi aspek inovasi dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kemauan dan kemampuan berpikir dan berbuat secara inovatif dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menerapkan dan menyampaikan aspek inovasi dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki kemauan untuk mengidentifikasi dan menghargai aspek inovasi dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi aspek inovasi dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan membaca.
  • memiliki kemauan dan kemampuan berpikir dan berbuat secara inovatif dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menerapkan dan menyampaikan aspek inovasi dalam kegiatan menulis.
Percara diri
  • memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan mendengarkan.
  • memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan berbicara.
  • memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan membaca.
  • memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi dalam melakukan kegiatan menulis.
Tanggung jawab
  • memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilai tanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan mendengarkan.
  • memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilai tanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilai tanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan membaca.
  • memiliki dan atau menerapkan berbagai aspek nilai tanggung jawab dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan aspek tanggung jawab dalam kegiatan menulis.
Kesantunan
  • memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan membaca.
  • memiliki kebiasaan menerapkan berbagai aspek nilai kesantunan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan kesantunan dalam kegiatan menulis.
Keingintahuan
  • memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan intensitas dan efektivitas yang tinggi dalam kegiatan mendengarkan.
  • memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memiliki keinginan yang tinggi untuk menguasai keterampilan berbicara.
  • memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan intensitas dan efektivitas yang tinggi dalam kegiatan membaca.
  • memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memiliki keinginan yang tinggi untuk menguasai keterampilan menulis.
Nasionalisme
  • memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilai nasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menghargai atau mengapresiasi nilai nasionalisme dalam informasi yang diterima melalui kegiatan mendengarkan.
  • memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilai nasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai nasionalisme dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilai nasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menghargai atau mengapresiasi nilai nasionalisme dalam informasi yang diterima melalui kegiatan membaca.
  • memiliki dan menerapkan berbagai aspek nilai nasionalisme dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai nasionalisme dalam kegiatan menulis.
Gayahidup sehat
  • memiliki kepekaan dan atau kebiasaangayahidup sehat dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentanggayahidup sehat  yang diterima melalui kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kepekaan dan atau kebiasaangayahidup sehat dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memilikigayahidup sehat dan dapat menginformasikannya kepada orang lain melalui kegiatan berbicara.
  • memiliki kepekaan dan atau kebiasaangayahidup sehat dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentanggayahidup sehat  yang diterima melalui kegiatan membaca.
  • memiliki kepekaan dan atau kebiasaangayahidup sehat dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memilikigayahidup sehat dan dapat menginformasikannya kepada orang lain melalui kegiatan berbicara.
Kedisiplinan
  • memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan menerapkan aspek kedisiplinan dalam kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memahami dan dapat menerapkan kaidah kebahasaan secara taat asas dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan menerapkan aspek kedisiplinan dalam kegiatan membaca.
  • memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kedisiplinan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memahami dan dapat menerapkan kaidah kebahasaan secara taat asas dalam kegiatan menulis.
Kerja keras
  • memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerja keras dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, memiliki kebiasaan dan dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerja keras dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam menguasai keterampilan berbicara.
  • memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerja keras dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, memiliki kebiasaan dan dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam kegiatan membaca.
  • memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai kerja keras dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan nilai kerja keras dalam menguasai keterampilan menulis.
Berjiwa Kepemimpinan
  • memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi mengenai jiwa kepemimpinan dalam kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai-nilai kepemimpinan dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi mengenai jiwa kepemimpinan dalam kegiatan membaca.
  • memiliki kebiasaan mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan berpegang pada asas kepemimpinan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya memiliki dan dapat menerapkan nilai-nilai kepemimpinan dalam kegiatan menulis.
Keberanian mengambil risiko
  • memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yang mungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan
  • memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yang mungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara
  • memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yang mungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan membaca
  • memiliki kesiapan untuk menanggung risiko yang mungkin timbul akibat dari tindakan yang dilakukan dalam konteks penguasaan keterampilan menulis
Berorientasi pada tindakan
  • memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi yang beorientasi pada tindakan melalui kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menyampaikan informasi yang berorientasi pada tindakan melalui kegiatan berbicara.
  • memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi yang beorientasi pada tindakan melalui kegiatan membaca.
  • memiliki kebiasaan berpikir yang berorientasi pada tindakan nyata dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menyampaikan informasi yang berorientasi pada tindakan melalui kegiatan menulis.
Kemandirian
  • memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspek nilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menerima dan memahami informasi yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspek nilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menyampaikan informasi melalui kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspek nilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menerima dan memahami informasi yang diperoleh melalui kegiatan membaca.
  • memiliki kepekaan dan kebiasaan menerapkan aspek nilai kemandirian dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan kemandirian dalam menyampaikan informasi melalui kegiatan menulis.
Kecintaan terhadap ilmu
  • memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan mendengarkan.
  • Memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan membaca.
  • memiliki kebiasaan menerapkan aspek nilai cinta-ilmu dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menunjukkan rasa kecintaan yang tinggi terhadap ilmu dalam kegiatan menulis.
Kesadaran terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain
  • menghargai dan menerapkan nilai kesadaran terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan mendengarkan.
  • menghargai dan menerapkan nilai kesadaran terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan berbicara.
  • menghargai dan menerapkan nilai kesadaran terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai hak dan kewajiban orang lain melalui kegiatan membaca.
  • menghargai dan menerapkan nilai kesadaran terhadap hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat menghargai dan menyadari hak dan kewajiban diri dan orang lain melalui kegiatan menulis.
Kepatuhan terhadap aturan sosial
  • memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturan sosial dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentang berbagai aturan sosial yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturan sosial dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat membiasakan diri mematuhi berbagai aturan sosial dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturan sosial dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya dapat mengidentifikasi dan memahami informasi tentang berbagai aturan sosial yang diperoleh melalui kegiatan membaca.
  • memiliki kepekaan dan kebiasaan mematuhi aturan sosial dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat membiasakan diri mematuhi berbagai aturan sosial dalam kegiatan menulis.
Menghargai karya dan prestasi orang lain

  • menuliskan kutipan dengan benar
  • menulis daftar sumber pustaka dengan tepat
  • menyebutkan sumber informasi lisan dengan benar
  • menyitir pendapat orang lain dengan benar dan santun dalam berbicara
    • memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karya dan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai informasi yang merupakan karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan mendengarkan.
    • memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karya dan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan berbicara; misalnya, dapat memahami dan menghargai karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan berbicara.
    • memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karya dan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi dan menghargai informasi yang merupakan karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan membaca.
    • memiliki kepekaan dan kebiasaan menghargai karya dan prestasi orang lain dalam kontek penguasaan keterampilan menulis; misalnya, dapat memahami dan menghargai karya dan prestasi orang lain dalam kegiatan menulis.
Menghargai keberagaman
  • memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalam konteks penguasaan keterampilan mendengarkan; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menghargai nilai-nilai keberagaman dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan mendengarkan.
  • memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalam konteks penguasaan keterampilan berbicara; misalnya dapat menghargai adanya keberagaman pendengar dalam kegiatan berbicara.
  • memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalam konteks penguasaan keterampilan membaca; misalnya, dapat mengidentifikasi, memahami, dan menghargai nilai-nilai keberagaman dalam informasi yang diperoleh melalui kegiatan membaca.
  • memiliki kebiasaan menghargai keberagaman dalam konteks penguasaan keterampilan menulis; misalnya dapat menghargai adanya keberagaman pembaca dalam kegiatan menulis.

 

 

  1. B.              Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia

 

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan media pendidikan karakter karena pada dasarnya merupakan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia dalam semua aspek dan konteks kehidupan. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran empat keterampilan berbahasa Indonesia, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sebaiknya empat keterampilan berbahasa itu tidak disajikan secara terpisah, tetapi dikemas secara terpadu. Melalui pembelajaran terpadu itulah, integrasi pendidikan karakter di dalam pembelajaran bahasa Indonesia menjadi semakin mudah dan memiliki cakupan yang luas.

 

Lebih lanjut, kemudahan dan keluasan penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia itu dapat diperoleh melalui penerapan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning) dalam pembelajaran. Melalui pendekatan itu, salah satu di antaranya, pembelajaran bahasa Indonesia dapat disajikan secara tematik. Berbagai tema dapat dipilih, termasuk tema-tema yang bersentuhan dengan atau mengenai pendidikan karakter. Hal itu ditunjukkan oleh sajian materi pembelajaran bahasa Indonesia dalam hampir semua buku sekolah elektronik (BSE) yang diterbitkan oleh BSNP dan pusat perbukuan.

 

Sebagai contoh, di dalam salah satu buku sekolah elektronik (BSE),  pembelajaran bahasa Indonesia disajikan melalui beberapa tema, misalnya belajar dari penghalaman, kobarkan terus rasa nasionalisme, belajar dari berbagai peristiwa, menjaga warisan budaya, berkomunikasi secara santun, meraih prestasi lewat kreasi, membangun rasa percaya diri, memilih aktivitas yang berguna, hidup sehat dan bermanfaat. Melaui tema-tema itu, pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran menjadi mudah dan luwes (fleksibel). Misalnya, melalui sajian materi pembelajaran yang bersifat tematik itu guru dapat mengintegrasikan nilai karakter nasionalisme, ingin tahu, peduli, santun, kreatif, percaya diri, inovatif, hidup sehat, dan sebagainya.

 

Untuk mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam pembelajaran, guru dapat memilih salah satu cara berikut: (i) adaptasi lengkap sebelum pembelajaran, (ii) adaptasi parsial sebelum pembelajaran, atau (iii) adaptasi parsial selama pembelajaran. Namun, agar pengintegrasian nilai karakter dalam pembelajaran lebih efektif, cara pertama lebih dianjurkan, yaitu adaptasi lengkap atau penuh sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Melalui adaptasi itu, guru dapat merevisi atau menyusun kembali materi pembelajarannya berdasarkan materi pembelajaran yang ada di dalam buku sekolah elektronik (BSE) tertentu. Revisi yang perlu dilakukan berkenaan dengan isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasinya.

 

(i)         Pada bagian isi, guru dapat mengubah atau menambahkan materi pembelajaran yang memiliki muatan pendidikan karakter tertentu.

(ii)      Pada bagian kegiatan pembelajaran, guru dapat mengubah atau menambahkan kegiatan tertentu yang dapat memfasilitasi peserta didik dalam mengenal, mengembangkan, atau membudayakan nilai karakter dalam kehidupannya. Dalam hal ini, metode atau beberapa metode yang diterapkan harus disertai penjelasan mengenai cara atau mekanisme pelaksanaannya agar peserta didik dapat melakukan kegiatan secara efektif dan efisien, sesuai yang diharapkan.

(iii)    Pada bagian evaluasi, guru dapat mengubah teknik evaluasi yang ada atau menambah teknik evaluasi baru yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian pendidikan karakter yang diharapkan.

 

Setelah adaptasi itu selesai dilakukan, guru dapat mencetak hasilnya dan memberikannya kepada peserta didik. Tentu saja, cara ini membutuhkan waktu yang agak banyak dan kesungguhan dalam mengerjakannya. Namun, jika dibandingkan dengan tujuan pembelajaran dan pendidikan yang begitu mulia, jerih payah guru seperti itu sungguh jauh dari sebanding. Segala aktivitas guru, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian, sebaiknya diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan. Dengan demikian, aktivitas guru menjadi bermakna dan mermanfaat bagi perkembangan dan masa depan peserta didik.

 

Berikut ini dikemukakan contoh kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan muatan pendidikan karakter di dalamnya. Kegiatan pembelajaran itu disusun dan dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual dengan berpedoman pada prinsip belajar tertentu. Di antaranya, prinsip belajar yang dapat diterapkan ialah konstruktivisme, bertanya, inquiri, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian otentik.

 

Contoh

Kegiatan Pembelajaran

Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Nilai Karakter yang dapat diintegrasikan

Apresiasi:

Siswa mendengarkan pembacaan pantun atau melihat orang berbalas pantun sebagai kegiatan apresiasi

mendapatkan pencitraan mengenai pantun dan dapat mengapresiasi aspek estetika atau keindahannya
  • mencintai keindahan
Eksplorasi:

  • Siswa mengamati pantun dan mengindentifikasi ciri bentuk dan maknanya secara individual atau kelompok
  • Siswa mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas
dapat mengetahui dan mengidentifikasi jumlah baris, jumlah kata setiap baris, jumlah suku kata setiap baris, persajakan pada akhir baris, pilihan kata, dan makna pantun
  • keingintahuan
  • kecermatan
Elaborasi:

Siswa mengamati dan mengindentifikasi jenis-jenis pantun secara individual atau kelompok

dapat mengidentifikasi berbagai jenis pantun
  • keingintahuan
  • kecermatan
Konfirmasi:

Siswa mendiskusikan ciri dan jenis pantun dalam kelompok

dapat mengkomfirmasikan hasil identifikasi ciri dan jenis pantun, baik kepada teman maupun guru
  • berpikir logis dan kritis
  • kerja sama
Inkulkasi:

Guru memberikan penjelasan dan penegasan mengenai ciri dan jenis pantun

  • dapat melakukan refleksi terhadap aktivitas yang sudah dilakukan dan pemahaman yang sudah diperoleh
  • mendapatkan kebenaran atau keyakinan pemahaman mengenai ciri dan jenis pantun
  • kebenaran ilmu
Produksi:

Siswa melakukan kegiatan berikut.

  • melengkapi pantun rumpang, baik rumpang bagian sampiran maupun rumpang bagian isi
  • mengganti kata-kata pada posisi rima
  • menulis bait pantun berdasarkan tema yang sudah ditetapkan
  • menulis bait pantun berdasarkan tema yang ditentukan sendiri
  • beradu cepat menulis bait pantun
  • dapat melengkapi pantun rumpang
  • dapat mengubah atau mengganti kata-kata pada posisi rima
  • dapat menulis pantun berdasarkan tema yang ditetapkan oleh guru atau ditentukan sendiri
  • dapat menulis pantun dengan cepat
  • kreativitas
  • keberanian
  • rasa percaya diri

 

Dalam kegiatan pembelajaran di atas, muncul muatan nilai karakter bermacam-macam. Walaupun demikian, suatu kegiatan pembelajaran harus difokuskan pada salah satu nilai, misalnya rasa percaya diri. Hal itu dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat diselenggarakan dan dievaluasi dengan lebih efektif.

 

Evaluasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran menulis pantun di atas dapat dilakukan melalui evaluasi proses dan evaluasi produk. Demikian pula evaluasi yang berkenaan dengan pengembangan nilai karakter. Baik melalui evaluasi proses maupun produk, guru harus mempersiapkan dan menggunakan alat evaluasi, baik yang berupa tes maupun nontes. Evaluasi tidak bisa dilakukan hanya dengan cara improvisasi atau tanpa persiapan. Artinya, alat evaluasi itu harus dipersiapkan sebelum pembelajaran dilaksanakan.

 

Alat evaluasi pengembangan nilai karakter dapat berupa panduan observasi atau daftar pertanyaan evaluasi diri. Untuk masing-masing karakter memiliki aspek atau komponen yang berbeda-beda. Artinya, aspek penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian pengembangan nilai karakter kreativitas, misalnya, berbeda dengan aspek penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian pengembangan nilai karakter kerja sama. Demikian pula, untuk nilai karakter yang lain.

 

Pengembangan nilai karakter siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dilakukan melalui pembelajaran keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Hal itu sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu mengembangkan kompetensi siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan konteks kehidupan siswa. Terkait dengan pendidikan nilai karakter, pengembangan kompetensi siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia itu akan bermuara pada penguasaan keterampilan berbahasa yang berkarakter; penguasaan keterampilan berbahasa yang mencerminkan dan berdampak pada penguasaan nilai-nilai karakter. Dengan demikian, misalnya, keterampilan siswa dalam mendengarkan tidak terbatas pada keterampilan mendengarkan semata, tetapi keterampilan mendengarkan yang dilandasi oleh nilai-nilai karakter. Demikian pula, keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Hal itu merupakan kekhasan tujuan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia; termasuk kekhasan tujuan dan pelaksanaan kegiatan pendidikan nilai yang terintegrasi di dalamnya.

 

Lebih jauh lagi, dampak pembelajaran bahasa Indonesia yang diharapkan ialah siswa dapat memanfaatkan keterampilan berbahasa Indonesia yang dilandasi oleh nilai karakter itu dalam mempelajari ilmu pengetahuan atau mata pelajaran yang lain. Hal itu dilandasi oleh asumsi bahwa keberhasilan siswa dalam mempelajari ilmu atau mata pelajaran yang lain, salah satunya ditentukan oleh faktor keberhasilan siswa dalam menguasai keterampilan berbahasa Indonesia. Artinya, penguasaan bahasa (Indonesia) ikut menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai ilmu pengetahuan atau mata pelajaran yang lain.

 

  1. C.             Penggunaan BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Karakter
    1. 1.      Gambaran Umum BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
      1. a.      Isi

Berdasarkan hasil analisis terhadap tujuh buku sekolah elektronik (BSE) mata pelajaran bahasa Indonesia sekolah menengah pertama untuk kelas tujuh, yang dipilih secara acak, dapat dikemukakan bahwa pada umumnya BSE telah memenuhi standar isi sebagaimana dituangkan dalam Permen Diknas nomor 22 tahun 2006. Pada umumnya, BSE disusun dengan mengacu pada SK dan KD yang ada di dalam Permendiknas itu. Materi pelajaran yang ada di dalam BSE disusun secara tematik dan dibagi menjadi 9 atau 10 unit/pelajaran.

Pada setiap pelajaran yang disusun secara tematik itu, disajikan 4 sampai 5 topik kegiatan  belajar yang harus dilakukan peserta didik. Topik-topik kegiatan belajar itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai kompetensi sebagaimana dituangkan di dalam SK dan KD. Artinya, pengembangan yang mengarah pada keluasan, kevariasian, dan kedalaman materi kegiatan masih terbatas atau belum diupayakan secara maksimal. Pada umumnya, upaya itu masih berkisar pada bentuk penugasan yang bersifat terbatas pula.

Diduga, sebagian besar penulis BSE bahasa Indonesia untuk SMP kelas VII mengalami kesulitan untuk menyajikan contoh bacaan, teks prosa, teks puisi, dan teks-teks lain yang seluruhnya sesuai dengan tema-tema unit pelajarannya. Hal itu terjadi apabila penulis memilih dan menggunakan tema-tema yang bersifat terlalu spesifik, misalnya ekonomi, politik, profesi, teknologi, hiburan, dan sejenisnya. Misalnya, penulis sulit memperoleh teks puisi, teks pantun, atau teks drama yang sesuai dengan tema politik, teknologi, atau ekonomi. Akibatnya, kesesuaian teks puisi, pantun, dan drama yang disajikan dengan tema unit pelajaran yang ditulisnya tidak dihiraukan.

Sehubungan dengan pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran, pada umumnya materi pembelajaran yang ada di dalam BSE memungkinkan untuk itu. Artinya, melalui adaptasi guru dapat menambahkan materi kegiatan yang harus dilakukan peserta didik agar mengenal, mengembangkan, dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter tertentu. Sebagai alternatif, untuk itu, guru juga dapat mengubah metode atau teknik pembelajaran yang ada. Tentu saja, sebagai konsekuensinya, guru juga harus menyesuaikan sistem penilaiannya sebagai alat ukur pencapaian kompetensinya.

 

  1. b.     Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan di dalam BSE pada umumnya ialah observasi, diskusi, tanya-jawab, pelatihan, demonstrasi, kompetisi, dan pemodelan. Metode pembelajaran itu pada umumnya diulang-ulang penggunaannya pada setiap unit pelajaran, dari unit pelajaran pertama sampai dengan unit pelajaran terakhir. Dengan menggunakan metode itu, peserta didik diarahkan untuk melakukan kegiatan eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan refleksi.

Metode yang digunakan dalam BSE seperti dikemukakan di atas sebenarnya sudah cukup bervariasi dan dapat mengakomodasi tujuan pembelajaran yang direncanakan. Kelemahannya, penggunaan masing-masing metode itu kadang tidak disertai penjelasan mengenai teknik pelaksanaannya, tidak dilengkapi dengan instrumen atau alat yang digunakan, dan penjelasan mengenai wujud dan indikator capaian targetnya. Di dalam beberapa buku, kadang instruksi yang diberikan kepada peserta didik kurang jelas dan atau kurang lengkap prosedur dan kinerja operasionalnya. Ada beberapa buku yang  di dalamnya disediakan instrumen bagi peserta didik dalam melakukan kegiatan eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan refleksi yang diinginkan, tetapi beberapa buku yang lain tidak demikian. Penulis buku cenderung menganggap peserta didik sudah dapat melakukan kegiatan apa pun yang dimintanya, sehingga tidak melengkapi permintaannya dengan rambu-rambu atau panduan kegiatan. Penulis menganggap peserta didik sudah mengetahui prosedur dan kinerja operasional kegiatan pengamatan, diskusi, tanya-jawab, pendemonstrasian, pelatihan, dan kompetisi. Dengan demikian, penjelasan yang dikemukakan cenderung ala kadarnya.

Lebih lanjut, di dalam BSE peran guru dalam kegiatan belajar tidak dinyatakan secara eksplisit. Demikian pula peran peserta didik. Patut diduga, tidak setiap guru memiliki buku petunjuk penggunaannya. Jika demikian, guru perlu dan harus pandai-pandai mengambil keputusan mengenai peran yang harus dilakukannya pada setiap unit atau topik pelajaran. Demikian pula, mengenai peran peserta didik pada setiap kegiatan pembelajaran.

Sehubungan dengan pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran, pada umumnya metode pembelajaran yang digunakan di dalam BSE sudah cukup memadai. Artinya, metode yang digunakan di dalam BSE juga dapat dipakai untuk mengenalkan, mengembangkan, dan membudayakan nilai-nilai karakter. Apabila penggunaan metode itu tidak disertai dengan penjelasan teknik pelaksanaannya, tidak dilengkapi dengan instrumen, dan penjelasan mengenai wujud dan indikator capaian targetnya, guru sebaiknya secara kreatif mengambil keputusan terbaik untuk melengkapinya. Melalui adaptasi guru dapat mengubah, menambah, dan mereformulasikan metode dan teknik yang digunakan di dalam BSE sehingga pendidikan karakter yang diharapkan dapat terakomodasi.

Sebagai contoh, metode observasi dapat digunakan untuk mengembangkan nilai karakter keingintahuan, metode diskusi untuk menumbuhkan nilai karakter kerja sama dan menghargai karya dan prestasi orang lain, metode tanya-jawab untuk mengembangkan nilai karakter kesantunan, metode pelatihan untuk mengembangkan nilai karakter kerja keras, metode demonstrasi untuk mengembangkan nilai karakter keberanian dan rasa percaya diri, metode kompetisi untuk mengembangkan nilai karakter berani menanggung risiko, dan metode pemodelan dapat digunakan untuk menumbuhkan berbagai nilai karakter sesuai dengan model yang digunakan dan tujuan yang ingin dicapai.

 

  1. c.       Bahasa

 

Bahasa yang digunakan di dalam BSE pada umumnya sudah sesuai dengan usia dan perkembangan kemampuan kebahasaan peserta didik. Diduga, BSE memiliki keterbacaan yang cukup tinggi. Untuk usia anak pada awal memasuki sekolah menengah pertama, bahasa yang digunakan dalam BSE cukup sederhana dan mudah dipahami. Baik pilihan kata, struktur kalimat, ejaan, tanda baca, maupungayabahasa yang digunakan dalam BSE sesuai dan efektif bagi usia dan perkembangan kemampuan peserta didik.

 

  1. d.     Grafika

 

Sebagian besar BSE disusun dengan memperhatikan dan memenuhi prinsip-prinsip kegrafikaan.  Materi ditulis dengan huruf Tahoma, Book Antiqua, atau Time New Roman dengan font 11 atau 12. Dengan demikian, semua materi dapat dibaca dengan jelas. Tata letak atau layout digarap dengan memperhatikan aspek keruangan, kemenarikan, dan keindahan. Ilustrasi, tanda dan gambar pada umumnya fullcolor dan disajikan dengan ukuran yang proporsional serta relevan dengan materi pembelajaran yang didukungnya. Jadi, secara keseluruhan, kegrafikaan dalam BSE memenuhi syarat dan menarik. Kemenarikan itu diharapkan dapat merangsang dan menimbulkan minat baca peserta didik. Demikian pula gambar-gambar yang disajikan sebagai sarana pendukung penyempaian materi pembelajaran.

 

  1. e.      Potensi BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Karakter

Sudah dikemukakan di atas bahwa BSE memiliki potensi yang cukup besar untuk dimuati pendidikan karakter di dalamnya. Adanya potensi itu di antaranya disebabkan oleh pendekatan yang digunakan dalam menyajikan materi pembelajaran, yaitu pendekatan kontekstual (contextual teaching and learning). Dengan pendekatan kontekstual, materi pembelajaran disajikan secara tematik; bahkan tema-tema yang dipilih sebagian sudah berkenaan dengan nilai karakter tertentu. Tema-tema yang digunakan dalam BSE, di antaranya, ialah aktif dan kreatif, menjalin persahabatan, hidup penuh perjuangan, belajar dari pengalaman, kobarkan terus rasa nasionalisme, berkomunikasi secara santun, meraih prestasi melalui kreasi, membangun rasa percaya diri, hidup sehat dan bermanfaat, dan sebagainya. Di dalam tema-tema itu sudah tercermin nilai karakter tertentu, misalnya kreativitas, kerja sama, kepedulian, kejuangan, ingin tahu, evaluasi diri, keteladanan, nasionalisme, kesantunan, rasa percaya diri, hidup sehat, dan sebagainya. Di samping itu, nilai karakter pokok religius, jujur, cerdas, tangguh, peduli, dan demokratis pun sangat memungkinkan dan mudah untuk diintegrasikan di dalamnya.

Di samping itu, metode dan teknik kegiatan belajar yang digunakan dalam BSE juga sangat mendukung diintegrasikannya pendidikan karakter di dalam pembelajaran. Sebagai contoh, penggunaan metode observasi dengan teknik pengamatan, wawancara, percobaan (eksperimen), perbandingan, dan sebagainya, di dalamnya, sudah terkandung atau memungkinkan untuk dimuati pendidikan karakter tertentu. Melalui observasi dapat dikembangkan nilai karakter cinta ilmu, ingin tahu, berpikir logis, kritis, dan inovatif, jujur, disiplin, percaya diri, bertanggung jawab, dan sebagainya. Melalui wawancara dapat dikembangkan nilai karakter menghargai pendapat orang lain, berperilaku sopan, dan berbahasa dengan santun. Melalui percobaan dapat dikembangkan nilai karakter cinta ilmu, rasa ingin tahu,  jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan berpikir logis, kritis, dan inovatif. Melalui perbandingan dapat dikembangkan nilai karakter jujur, bertangung jawab, menghargai karya orang lain, ingin tahu, dan sebagainya. Melalui metode diskusi dengan teknik presentasi dan tanya jawab dapat dikembangkan nilai karakter menghargai pendapat orang lain, disiplin, jujur, bertanggung jawab, berperilaku sopan, dan berbahasa dengan santun. Demikian pula, melalui metode dan teknik yang lain.

Walaupun aspek materi pembelajaran dan penyajiannya serta metode dan teknik yang digunakan dalam BSE sangat memungkinkan untuk dimuati pendidikan karakter tertentu; bahkan sebagian sudah berkenaan dengan pendidikan karakter tertentu, pada kenyataannya para penulis BSE belum secara sadar dan sengaja memfokuskan pembelajarannya pada pendidikan karakter. Setidaknya, target atau tujuan pembelajaran yang dirumuskan pada setiap unit pelajaran tidak difokuskan untuk itu. Oleh karena itu, para guru harus secara sadar dan kreatif mengambil keputusan untuk mereformulasi setiap unit pelajaran dalam BSE dengan memasukkan pendidikan nilai karakter di dalamnya. Cara yang dapat digunakan untuk itu di antaranya dengan mengubah, menambah, atau mempertegas setiap butir materi yang ada pada setiap unit pelajaran sehingga pengembangan nilai karakter tertentu dapat terakomodasi. Pengubahan, penambahan, dan penegasan itu tentu saja berkenaan dengan isi, kegiatan pembelajaran, dan sistem evaluasinya.

Berikut ini dikemukakan contoh unit pelajaran bahasa Indonesia yang diambil dari BSE yang di dalamnya dapat diintegrasikan nilai-nilai karakter.

 

  1. f.    Contoh Unit Pembelajaran dari BSE

 

 

 

 

 

 

Setiap subunit dalam contoh unit pelajaran ini dapat dimuati dengan pendidikan karakter, baik pada subunit menceritakan pengalaman yang paling mengesankan, membaca cepat dan menyimpulkan isi bacaan, maupun pada subunit menulis pantun. Pendidikan karakter itu dapat diintegrasikan pada materi, kegiatan, dan evaluasi. Perhatikan dengan saksama kemungkinan pengintegrasian nilai karakter pada masing-masing subunit pelajaran berikut ini.

 

 

 

 

PELAJARAN I

BELAJAR DARI PENGALAMAN

 

Topik Pembelajaran:

A. Menceritakan Pengalaman yang Paling Mengesankan

B. Membaca Cepat dan Menyimpulkan Isi Bacaan

C. Menulis Pantun

 

  1. A.    Belajar dari Pengalaman

 

Amatilah semua acara reality show di televisi. Hampir semua acara tersebut mengharuskan semua peserta untuk dapat bercerita. Nah, pada pembelajaran ini kamu pun akan belajar bercerita yang baik, runtut, mudah dipahami, dan pengalaman yang kamu ceritakan dapat diambil hikmahnya oleh para pendengar. Kemampuanmu bercerita akan lengkap apabila kamu juga memiliki pengetahuan yang luas melalui kegiatan membaca. Dalam pembelajaran ini kamu akan belajar membaca cepat sekaligus belajar menarik simpulan dari teks yang kamu baca. Keterampilan berbahasamu akan lengkap jika kamu juga bisa bersastra, yaitu menulis pantun. Kemampuanmu dalam menulis pantun ini akan memberi nilai tambah penampilanmu dalam berbahasa lisan di depan umum karena pantun dapat dimanfaatkan untuk menghangatkan suasana.

 

 

  1. 1.      Bercerita tentang Pengalaman yang paling Mengesankan

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada pengalaman yang sia-sia. Ada pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Ini berarti kita dapat belajar dari pengalaman, baik pengalaman yang kita alami sendiri maupun pengalaman orang lain. Agar kamu dapat menceritakan pengalamanmu yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan ungkapan peribahasa yang menarik, kamu akan melakukan serangkaian aktivitas berikut: (1) mengamati contoh pengalaman yang mengesankan, (2) menemukan ciri pengalaman yang mengesankan, (3) memilih pengalamanmu yang paling mengesankan untuk kamu ceritakan, (4) membuat kerangka cerita, dan (5) menyampaikan cerita yang telah kamu susun kerangkanya tersebut secara lisan dengan memberdayakan ungkapan/peribahasa.

 

 

  1. 2.      Mengamati Contoh Pengalaman yang Mengesankan

 

Kita dapat belajar mengungkapkan pengalaman yang mengesankan dengan membaca contoh berikut!

 

 

 

Pengalaman 1

 

Watashiwa wa …

 

Aku bersemangat sekali ikut kursus bahasa Jepang di Surabaya karena di samping tertarik dengan huruf-hurufnya, kudengar tempat kursus yang kutuju juga mempunyai sensei (guru) orang Jepang. Hari itu kami masuk kelas dengan gembira. Pada saat awal kami diberitahu oleh petugas administrasi bahwa di kelas kami ada dua nama yang sama, yaitu: Joko Bagus. Oleh sebab itu, petugas kemudian menambahkan inisial A dan B pada akhir kedua nama itu.

Pelajaran pertama diisi oleh sensei dari Jepang. Dia mengajak kami untuk saling memperkenalkan diri dengan memberikan contoh. Pertama, dia mencontohkan dengan memperkenalkan diri sendiri. Setelah itu, dia melihat daftar presensi dan mulai membaca nama yang ada untuk contoh. Dia katakan: “Watashi wa Larasati des, dozoo yoroshiku”. Kami mengangguk-angguk tanda mengerti. Setelah itu dia membaca presensi lagi dan mengatakan, “Watashi wa, Joko Bagus Be des…” (baca: watashi wa joko bagus bedes) sampai di situ sontak kami tertawa riuh bahkan ada yang tertawa terpingkal-pingkal. Joko Bagus pun menggerutu dan bergumam dengan bahasa Suroboyo-an: “Aduuuh…mosok, bagus-bagus ngene dikira bedes, Rek” (‘Masak, cakep-cakep begini dikira kera.’), Tawa kami pun semakin meledak dan sensei kami akhirnya ikut tersenyum-senyum walaupun wajahnya terlihat bingung (KL, Ajisai, Vol.1, No.1, Oktober 2002 dalam Kisyani, 2004).

 

 

Pengalaman 2

 

Perjuangan Menjadi Finalis Pildacil

 

Teman, namaku Trismunandar, kelas 5 SD. Aku ditunjuk oleh pihak sekolah untuk mengikuti pildacil, yaitu pemilihan dai cilik ke-3 di Lativi. Audisi di Yogyakarta dilaksanakan Januari lalu. Saat itu aku memilih tema tentang akhlak manusia. Aku grogi banget sampai lupa dan mengulang dua kali. Sebulan kemudian aku dipanggil kepala sekolah untuk mengikuti final pildacil di Jakarta.

Teman, aku menangis sedih, karena aku buta dan membuatku tidak percaya diri. Rasa rendah diri terus menghantuiku. Aku takut, di Jakarta nanti tidak punya teman. Tapi, guru, teman-teman dan keluargaku terus memompa semangatku. Didampingi ibu, aku berangkat ke Jakarta. Di tempat karantina aku merasa tidak kerasan dan meminta Ibu untuk mengajakku pulang saja ke rumah. Namun Ibuku dengan sabar terus menasihatiku.

Teman, ternyata dugaanku selama ini salah, keenam belas finalis lain selalu menghibur dan berkawan akrab denganku. Mereka tidak memandang sebelah mata terhadap keadaanku yang buta. Aku semakin kerasan dan tumbuh rasa percaya diriku. Aku juga semakin berani tampil di depan lensa kamera karena dibimbing kakak-kakak pembina. Setiap hari jadwal kegiatanku sudah ditentukan, seperti membaca materi, hafalan, kegiatan sosial, dan juga jalan-jalan lho!

Sebenarnya aku tidak memiliki pengalaman berceramah, paling-paling cuma menjadi pewara atau MC di sekolah. Pengalamanku menjadi anggota Junior Yaketonis Band sebagai pemegang keyboard dan sering diundang tampil di berbagai acara dan sekaligus memenangkan beberapa kejuaraan di Yogyakarta mudah-mudahan bisa menambah rasa percaya diriku dan doakan ya mudah-mudahan dapat mengantarku menjadi juara.

Aku menyesal telah meratapi keadaanku. Mudah-mudahan Allah mengampuni segala kekhilafanku ini. Amin.

(Dikutip dengan beberapa perubahan

dari Mentari, Edisi 320 tahun XXIV 2006)

 

 

Pelajaran Nenek Penjual Sapu

 

Seorang teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu hari Minggu, saat dia dan keluarganya hendak pulang usai silaturahmi bersama kerabat, mereka melawati pasar Godean. Ibu dari teman saya tergoda memebeli ayam goreng di depan pasar untuk sajian makan malam. Kebetulan hari mulai gelap.

Di samping warung ayam goreng tersebut ada seorang nenek berpakaian lusuh bak pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas, sambil merangkul tiga ikat sapu ijuk. Keadaannya terlihat payah, lemah, dan tak berdaya. Setelah membayar ayam goreng, ibu teman saya bermaksud memberi Rp1.000,00 karena iba dan menganggap nenek itu pengemis. Saat menyodorkan lembaran uang tadi, tidak diduga si nenek malah menunduk kecewa dan menggeleng pelan. Sekali lagi diberi uang, sekali lagi nenek itu menolak.

Penjual ayam goreng kebetulan melihat kejadian itu kemudian menjelaskan bahwa nenek itu bukanlah pengemis, melainkan penjual sapu ijuk. Paham akan maksud keberadaan sang nenek yang sebenarnya, ibu teman saya akhirnya memutuskan membeli tiga sapunya yang berharga Rp1.500,00 per ikat, meskipun ijuknya jarang-jarang dan tidak bagus, ikatannya pun longgar.

Setelah menerima uang Rp5000,00 si nenek tampak ngedumel sendiri. Ternyata tidak punya kembalian. “Ambil saja uang kembaliannya,” kata ibu dari teman saya. Namun, si nenek ngotot untuk mencari uang kembalian Rp500,00. Dia lalu bangkit dan dengan susah payah menukar uang di warung terdekat.

Ibu teman saya terpaku melihat polah sang nenek. Sesampainya di mobil, ia masih terus berpikir, bagaimana mungkin di zaman sekarang masih ada yang begitu jujur, mandiri, dan mempunyai harga diri yang begitu tinggi.

Sumber: Intisari, Agustus 2004

 

 

 

  1. 3.      Menemukan Ciri Pengalaman yang Mengesankan

 

Setelah kamu membaca tiga contoh pengalaman tersebut, diskusikanlah jawaban pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dalam kelompokmu masing-masing!

 

Pada bagian ini dapat ditambahkan tata cara atau etika dalam berdiskusi yang berfokus pada pengembangan nilai karakter menghargai pendapat orang lain seperti berikut ini.

  1. dapat menahan emosi atau dapat bersabar
  2. dapat menghargai pendapat orang lain
  3. dapat bersikap dan berbahasa secara santun dalam menyampaikan pertanyaan, pendapat, atau tanggapan
  4. dapat menyadari bahwa orang lain juga memiliki hak untuk berbicara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pertanyaan Pemandu Diskusi

 

1)      Apakah yang dimaksud dengan pengalaman mengesankan menurut kelompokmu?

2)      Apakah pengalaman mengesankan itu dapat berisi peristiwa lucu atau kocak, menyedihkan, menyenangkan, mengharukan, atau menegangkan?

3)      Menurut kelompokmu manakah pengalaman yang mengesankan dari bacaan tersebut?

4)      Berikan alasan mengapa mengesankan?

5)      Aspek-aspek apa yang membuat kelompokmu terkesan?

6)      Selain dari segi isi yang diceritakan, apakah pengalaman mengesankan juga dapat dilihat dari cara menceritakan dan bahasa yang digunakan?

7)      Apakah penggunaan ungkapan atau peribahasa dapat menambah kemenarikan cerita tersebut?

8)      Catatlah ungkapan atau peribahasa yang terdapat pada contoh-contoh itu dan temukan maknanya!

 

Daftar pertanyaan pemandu diskusi di atas dapat ditambah dengan pertanyaan yang berfokus pada pengembangan nilai karakter tertentu. Hal itu bertujuan untuk mengenalkan atau memberi contoh nilai-nilai karakter orang lain dan untuk menginternalisaiskan dalam kehidupan siswa. Misalnya:

  1. Nilai-nilai karakter apa yang terdapat pada cerita pengalaman di atas?
  2. Nilai karakter apa yang dapat diambil dari cerita pengalaman di atas dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan Anda?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. 4.      Mengidentifikasi Beragam Pengalaman Diri yang Mengesankan

 

Setelah kamu mengamati beragam contoh pengalaman yang mengesankan tersebut, secara individual daftarlah beberapa pengalamanmu yang berkesan selama ini!

 

Pada permintaan di atas dapat ditambah dengan pernyataan yang dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk membiasakan diri suka berbagi pengalaman dengan orang lain.

 

 

 

 

 

 

 

Contoh:

  • Kejutan di pesta ulang tahunku
  • Bajuku sama dengan baju temanku
  • Menerimasuratdari teman sekelas
  • Memperoleh NUN tertinggi
  • Pandangan pertama yang tak bisa kulupakan

 

Setelah kamu daftar, pilihlah satu pengalaman yang menurutmu paling mengesankan untuk kamu ceritakan!

 

  1. 5.      Menyusun Kerangka Cerita

 

Kembangkanlah kerangka cerita dari pengalaman yang telah kamu pilih tersebut dengan cara mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang kamu alami seperti contoh berikut ini.

 

Contoh:

Kejutan di pesta ulang tahunku

  • Ayah dan ibu pergi pada hari ulang tahunku
  • Aku sedih, kecewa, dan marah
  • Pulang sekolah suasana rumah sepi
  • Aku curiga banyak hiasan di ruang makan
  • Ternyata semua keluarga berkumpul dan membuat kejutan untukku

 

  1. 6.      Menyampaikan Pengalaman secara Lisan

 

Ceritakanlah secara lisan pengalaman yang telah kamu susun kerangkanya tersebut! Perhatikan bagaimana kamu memulai cerita, mengembangkan inti cerita, dan mengakhiri cerita! Jangan lupa selipkan ungkapan atau peribahasa agar ceritamu menjadi lebih menarik/berkesan!

 

 

 

 

 

 

 

  1. 7.      Menilai Kemampuan Menceritakan Pengalaman yang Mengesankan

 

Nilailah kemampuan temanmu yang sedang bercerita dengan menggunakan pedoman penilaian atau rubrik berikut!

 

Rubrik Penilaian Kemampuan Menceritakan Pengalaman

 

No.

Aspek Penilaian

Deskripsi

Ya

Tidak

1 Isi
  1. Apakah isi menarik dan ada hikmah dari pengalaman yang diceritakan temanmu?
    1. Apakah ada kesesuaian antara kejadian satu dan kejadian berikutnya?
   
2 Penggunaan Bahasa
  1. Apakah kalimat-kalimat yang digunakan dapat kamu pahami!
  2. Apakah pilihan kata yang digunakan tepat?
  3. Apakah dengan pilihan kata dan kalimat yang digunakan mampu menarik perhatian pendengar?
   
3 Kelancaran
  1. Apakah temanmu bercerita dengan lancar, tidak tersendat?
  2. Apakah dari tatapan mata dan gerak tubuhnya, tercermin rasa percaya diri yang kuat?
   

 

Rubrik di atas dapat ditambah dengan aspek penilaian yang terkait dengan keberanian dan rasa percaya diri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. B.     Membaca Cepat dan Menyimpulkan Isi Bacaan

 

 

 

 

 

 

 

 

Kecepatan membaca terkait erat dengan pemahaman terhadap bacaan. Seseorang yang dapat menyelesaikan bacaan dalam waktu yang cepat, tetapi sedikit sekali yang dapat dipahami dari bacaan itu, maka ia tidak dapat dikategorikan sebagai pembaca cepat. Demikian juga seseorang yang dapat memahami bacaan dengan baik, tetapi kecepatan membacanya sangat lambat, juga tidak dapat dikategorikan sebagai pembaca cepat.

Nah, apakah kamu termasuk pembaca cepat? Untuk mengetahui jawabannya, cobalah kamu ikuti serangkaian kegiatan berikut: (1) mengidentifikasi manfaat membaca cepat, (2) membaca sambil menghitung waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan bacaan, (3) menjawab pertanyaan terkait dengan isi bacaan, (4) mengukur kecepatan membaca, (5) membuat simpulan isi bacaan, dan (6) berlatih meningkatkan kemampuan membaca, (7) mencatat perkembangan kemampuan membaca, dan (8) mengidentifikasi kata dasar dan imbuhan.

 

  1. 1.      Menemukan Manfaat Membaca Cepat

 

 

 

 

 

 

Seberapa seringkah kamu melakukan kegiatan membaca dalam sehari? Sebagai pelajar, kamu tentu setiap hari melakukan kegiatan membaca. Bacaan apa saja yang kamu baca? Berilah tanda contreng (√) pada bacaan yang sering, pernah, atau kadang kamu baca!

 

No.

Jenis Bacaan

Pernah/sering

1

 Buku Pelajaran  

2

 Novel  

3

 Cerpen  

4

 Komik  

5

 Majalah  

6

 Koran  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Di antara bacaan tersebut di atas, manakah yang harus dibaca dengan cepat? Mengapa harus dibaca dengan cepat? Berikan alasan!

 

 

  1. 2.      Menghitung Waktu Membaca

 

Bacalah bacaan berikut ini! Hitunglah berapa detik kamu menyelesaikan bacaan berikut!

 

Waktu mulai : ………………..….

 

Waktu selesai : ……………………

 

 

ORANG-ORANG BUTA DAN SEEKOR GAJAH

 

Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah. Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang paling benar, sementara ajaran agama lain salah. Setelah Budha wafat, ceritera ini tersebar tidak hanya di India saja, tetapi juga di negara dan budaya lain, ceritera ini dikenal dan diceritakan. Sampai saat ini, cerita ini masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah.

Suatu ketika, seorang raja di India utara memerintahkan pegawai-pegawainya untuk mengumpulkan orang-orang yang buta sejak lahir ke istana kota raja. Sang raja juga memerintahkan pegawainya untuk membawa seekor gajah ke istana. Orang-orang buta ini sepanjang hidupnya belum pernah sama sekali mengerti apa itu gajah. Mereka tidak tahu seperti apakah gajah itu. Sekarang, sang raja memerintahkan mereka untuk menyentuhnya. Mereka hanya diperbolehkan menyentuh bagian-bagian tertentu saja, bukan gajah secara keseluruhan. Setelah beberapa waktu menunggu, mereka dipersilahkan mengatakan, bagaimana dan apa itu gajah.

Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengangelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak.Masing-masing dari mereka memiliki penjelasannya sendiri tentang seekor gajah.

Oleh karena gambaran mereka tentang gajah berbeda, mulailah mereka bertengkar. Masing-masing sangat yakin bahwa hanya penjelasannyalah yang paling benar dan kepunyaan yang lainnya salah. Akhirnya mereka saling berantem dan dengan demikian sang raja terhibur.

Siapakah yang salah dan siapakah yang benar? Adakah seorang dari mereka memiliki kebenaran? Yang pasti sang rajalah yang salah karena telah mempermainkan orang buta. Bagi orang-orang buta sejak lahir, sangatlah sulit mendeskripsikan gajah tanpa merabanya secara utuh. Masing-masing dari mereka telah menggambarkan dengan tepat apa yang mereka rasakan. Mereka telah melakukannya dengan benar. Masing-masing mengatakan kebenaran. Tak seorang pun berbohong karena mereka hanya diperbolehkan meraba bagian-bagian tertentu saja. Kesalahan dari masing-masing orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja.cara keseluruhan.

Kesalahan dari masing-masing orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja.

Bayangkan seumpama satu di antara mereka seorang ilmuwan, maka ia akan mencari penyelesaian dengan gaya para ilmuwan, yaitu dengan metode persentase atau statistik. Ia akan segera mendata berapa banyak orang buta yang membandingkan dengan selang air, berapa persen yang membandingkannya dengan gelondongan kayu, dan seterusnya.

Akhirnya ia memperoleh hasil sebagai berikut: 40% membandingkannya dengan gelondongan kayu, 20% dengan batang kayu yang bulat dan halus, dan masing-masing 10% dari mereka yang membandingkannya dengan panci besar, sebuah balon, selang air dan tali tambang yang rusak. Sangat logis bukan? Seekor gajah memiliki 4 kaki besar seperti gelondong kayu (40%) dan 2 taring (20%), Sedangkan untuk kepala, belalai, perut dan ekor hanya 1 (10%). Sebagaimana para ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, cenderung yakin bahwa mayoritas adalah kebenaran, maka ia menyatakan bahwa seekor gajah itu seperti gelondongan kayu karena hampir setengah menyatakannya. Jadi di dalam kasus ini, mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran.

Oleh sebab itu, hanya ada satu pemecahan dari persoalan ini. Orang-orang buta yang hanya meraba bagian-bagian tertentu tersebut harus bekerja sama. Mereka harus bekerja seperti merangkai gambar dari sebuah gambar yang telah dipotong-potong. Lantas katakanlah, seekor gajah itu terdiri dari 4 gelondongan kayu, 2 batang kayu yang bulat dan halus, 1 balon, 1 panci, 1 selang air dan satu tali tambang buntut. Dengan demikian, mereka akan mampu memperolah gambaran tentang seekor gajah secara keseluruhan. Mereka harus menghentikan perselisihan dan bekerja sama. Mereka harus menyatukan gambaran masing-masing dengan gambaran yang didapat temannya. Mereka harus mau belajar dari yang lain. Masing-masing harus menerima dan memahami bahwa ada kebenaran dari penjelasan orang lain. Masing-masing harus mempertimbangkan bahwa mereka bukan satu-satunya pemaham kebenaran.

Barangsiapa mau membagi pengetahuan dengan orang lain, ia tak akan sedikit pun kehilangan. Justru sebaliknya, jika pengetahuan dibagi, pengetahuannya tidak akan berkurang melainkan bertambah. Kita manusia memang seperti dongeng orang-orang buta ini. Kita tetap buta, kita mirip mereka ini.

(1)       Kita hanya mengambil sebagian (secuil) dari keseluruhan sebuah kenyataan.

(2)       Kita hanya memahami sebagian (secuil) dari kekompleksan sebuah kenyataan.

(3)       Kita hanya memegang sebuah pengertian yang terbatas dari seluruh kenyataan.

(4)       Kita hanya ingin selalu melawan dan menentang apa yang berbeda dari kita.

(5)       Kita berjuang mati-matian mempertahankan pernyataan kita sebagai satu-satunya kebenaran.

(6)       Kita hanya ingin tampak pandai dengan perselisihan, bukan belajar.

(7)       Kita harus bertindak ini (menerima, mendengarkan, dan memahami apa yang dikatakan orang lain), jika kita ingin mengetahui lebih banyak.

Sankt Augustin, 151204

sarikata.com

 

  1. 3.      Menjawab Pertanyaan Bacaan

 

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secara tepat tanpa harus melihat teks!

 

  1. Cerita tentang Orang-orang Buta dan Seekor Gajahitu pada mulanya diceritakan oleh ….
    1. Sang raja diIndia
    2. Sang Budha
    3. pegawai Istana
    4. tersebar begitu saja dari mulut ke mulut

 

  1. Cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajahitu pada mulanya diceritakan sebagai salah satu bentuk ….
    1. ajaran Sang Budha
    2. hiburan Raja
    3. humor
    4. lelucon dari mulut ke mulut

 

  1. Tujuan utama Cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajahitu diciptakan adalah untuk menyadarkan kita agar ….
    1. tidak main hakim sendiri
    2. tidak saling berselisih mempersoalkan kebenaran ajarannya dan memandang ajaran lain salah
    3. tidak suka mempermainkan binatang yang dianggap suci.
    4. tidak mudah diadu domba oleh orang yang tidak bertanggung jawab

 

  1. Pernyataan berikut manakah yang sesuai dengan teks tersebut?
    1. Ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, sehingga mayoritas cenderung sebagai sebuah kebenaran.
    2. Kelima orang buta itu membandingkan seekor gajah dengan gelondongan kayu, batang kayu yang bulat dan halus, panci besar, dan sebuah balon.
    3. Kita harus mengambil sebagian dari keseluruhan sebuah kenyataan.
    4. Mayoritas bukanlah sebuah kebenaran.

 

  1. Kesalahan apakah yang dibuat oleh orang-orang buta?
    1. Soal kualitas dari penjelasannya yang tidak masuk akal.
    2. Mereka saling memaksakan kehendaknya, seolah jawabannyalah yang paling benar.
    3. Karena pada dasarnya, mereka sejak lahir tidak pernah melihat gajah.
    4. Karena orang-orang buta itu tak memiliki pengetahuan yang baik.

 

  1. Simpulan yang paling tepat dari isi bacaan tersebut adalah ….
    1. tidak menganggap diri paling benar
    2. orang harus belajar dari kelebihan orang lain
    3. jika pengetahuan dibagi, pengetahuan tidak akan berkurang melainkan bertambah.
    4. mayoritas adalah kebenaran

 

  1. Manakah dari pernyataan di bawah ini yang tidaktermasuk penjelasan dari orang-orang buta mengenai gajah?
    1. Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu
    2. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon
    3. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus
    4. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan sebuah tali.

 

  1. Kejadian dalam cerita tersebut dapat diidentikkan dengan perilaku kita, kecuali ….
    1. hanya mengambil sebagian dari keseluruhan sebuah kenyataan
    2. hanya memahami sebagian dari kekompleksan sebuah kenyataan
    3. hanya memaegang sebuah pengertian yang terbatas dari seluruh kenyataan
    4. hanya ingin selalu dihargai dan menghargai orang lain

 

  1. Penulis cerita yang berjudul “Orang-orang Buta dan Seekor Gajah” adalah….
    1. Sankt Augustin
    2. Gendhotwukir
    3. Walter Krahe
    4. S.G Goodrich

 

  1. Manakah pesan berikut ini yang sesuai dengan cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajah tersebut?
    1. Barang siapa mau berusaha, pastilah ia akan mendapatkan jalan
    2. Setiap manusia harus mau saling bekerja sama
    3. Kemayoritasan merupakan suatu kebenaran
    4. Perbedaan pendapat selalu menyebabkan pertikaian.

 

Keterangan:

  • Kunci jawaban (tersedia pada lampiran): 1. B, 2. A, 3. B, 4. A, 5. B, 6. A, 7. C, 8. D, 9. A, 10. B
  • Skor per butir soal : 10
  • Skor Maksimal : 100

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. 4.      Mengukur Kecepatan Membaca

 

Ukurlah kecepatan membacamu dengan rumus menghitung kecepatan membaca per menit untuk melihat apakah kecepatan membacamu bagus atau perlu peningkatan.

 

 

 

 

 

 

 

Rumus Menghitung Kecepatan Membaca

 

 

 

 

 

Keterangan:

K           =          jumlah kata yang dibaca

Wd        =          waktu tempuh baca (dalam detik)

B            =          skor yang diperoleh

Sm         =          skor maksimal

Kpm     =          kecepatan membaca per menit

 

Hasil:

Jika kecepatan membaca per menit (Kpm) >200 berarti kemampuan membaca cepatmu sudah bagus

Jika kecepatan membaca per menit (Kpm) <200 berarti kemampuan membaca cepatmu perlu ditingkatkan

 

Contoh perhitungan:

 

Diketahui

K           : 352 kata

Wd        : 65 detik

B            : 80

SM        : 100

 

 

Maka

Kpm     =          (K/Wd X 60) X (B/Sm)

(352/65 X 60) X (80/100)

(324, 92) X (80/100)

=       259,934

 

 

 

  1. 5.      Membuat Simpulan Isi Bacaan

 

Membuat simpulan isi bacaan berarti mengambil inti sari bacaan. Dalam sebuah paragraf eksposisi atau argumentasi, simpulan paragraf biasanya tercermin pada kalimat topik. Oleh sebab itu, simpulan berkaitan dengan ide pokok paragraf. Perhatikan contoh berikut!

 

 

Contoh

Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah. Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang paling benar, sementara ajaran agama lain salah. Setelah Budha wafat, ceritera ini tersebar tidak hanya diIndiasaja, tetapi juga di negara dan budaya lain, ceritera ini dikenal dan diceritakan. Sampai saat ini, cerita ini masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah.

 

Simpulan:

Cerita tentang orang-orang buta dan seekor gajah masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah.

 

 

Buatlah simpulan dari tiap paragraf berikut!

 

Suatu ketika, seorang raja diIndiautara memerintahkan pegawai-pegawainya untuk mengumpulkan orang-orang yang buta sejak lahir ke istanakotaraja. Sang raja juga memerintahkan pegawainya untuk membawa seekor gajah ke istana. Orang-orang buta ini sepanjang hidupnya belum pernah sama sekali mengerti apa itu gajah. Mereka tidak tahu seperti apakah gajah itu. Sekarang, sang raja memerintahkan mereka untuk menyentuhnya. Mereka hanya diperbolehkan menyentuh bagian-bagian tertentu saja, bukan gajah secara keseluruhan. Setelah beberapa waktu menunggu, mereka dipersilahkan mengatakan, bagaimana dan apa itu gajah.

 

Simpulan:

…………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………….

 

Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak. Masing-masing dari mereka memiliki penjelasannya sendiri tentang seekor gajah.

 

Simpulan:

…………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………….

 

Kesalahan dari tiap-tiap orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja. Seandainya mereka sadar bahwa mereka hanya menjelaskan satu bagian saja, sebenarnya mereka mampu mengerti kebenaran gajah secara keseluruhan.

 

Simpulan:

…………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………….

 

  1. 6.      Berlatih Meningkatkan Kecepatan Membaca

Kamu tentu sudah tahu manfaat membaca cepat. Sekarang, tingkatkan kemampuan membaca cepatmu dengan mencatat perkembangan dalam satu bulan.

 

Berikut adalah tips untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat.

(1)       Membiasakan banyak membaca

Biasakanlah membaca seperti makan. Jika sehari saja tidak makan, maka badan kita akan lemas. Begitu juga dengan membaca, jika sehari saja tidak membaca, kita akan merasa lapar. Banyaklah membaca segala jenis buku, namun mulailah dari jenis buku yang kamu suka, misalnya cerpen atau novel.

(2)       Membaca dengan teknik yang tepat

Hindari membaca dengan bersuara.

(3)       Meningkatkan konsentrasi

 

 

  1. 7.      Mencatat Perkembangan Kemampuan Membaca Cepat

 

Untuk mencatat perkembangan kemampuan membaca cepatmu, lakukanlah kegiatan berikut ini!

 

(1)     Catatlah judul buku apa saja yang telah kamu baca dalam satu minggu!

(2)     Catat juga nama pengarang masing-masing buku yang telah kamu baca!

(3)     Hitunglah berapa jam waktu yang kamu perlukan untuk menyelesaikan membaca buku-buku tersebut sampai selesai! Lakukan semua itu dengan suka cita, ikhlas, dan jujur.

 

  1. 8.      Mengidentifikasi Kata Dasar dan Imbuhan

 

Coba kamu baca kembali kalimat berikut!

 

Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah

 

Kalimat tersebut terdiri atas dua belas kata. Jika kamu amati dengan saksama, dari kedua belas kata tersebut terdapat tiga kata berimbuhan, yaitu: menceritakan, sebuah, dan seekor. Kata sebuah berasal dari kata dasar buah dan mendapatkan imbuhan berupa awalan, yaitu se-. Demikian juga dengan kata seekor, berasal dari kata dasar ekor dan awalan se-. Pada sisi lain kata menceritakan berasal dari kata ceritakan dan mendapat awalan meN-. Kata ceritakan berasal dari kata dasar cerita dan mendapatkan akhiran –kan.

 

Coba kamu bandingkan dengan kata keagamaan dalam kalimat berikut!

 

Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang paling benar, sementara ajaran agama lain salah.

 

Kata keagamaan berasal dari kata agama dan mendapat konfiks (gabungan awalan dan akhiran yang mengapit kata dasar secara serentak dan membentuk satu kesatuan), yaitu ke-an. Kata keagamaan tidak beraal dari kata agamaan dan awalan ke-, karena tidak ada kata agamaan dalam bahasa Indonesia.

 

Nah, dari uraian tersebut dapat kamu temukan bahwa afiks atau imbuhan dalam bahasa Indonesia ada beberapa macam, yaitu:

(1)       awalan (prefiks) adalah imbuhan yang diletakkan di muka kata dasar

(2)       akhiran (sufiks) adalah imbuhan yang diletakkan di belakang kata dasar

(3)       konfiks adalah imbuhan yag mengapit kata dasar secara serentak dan membentuk satu kesatuan

(4)       sisipan (infiks) adalah imbuhan yang disisipkan di tengah kata dasar, misalnya kata kinerja berasal dari kata kerja dan mendapat sisipan –in-.

 

Identifikasilah kata-kata berimbuhan yang terdapat pada paragraf berikut!

 

Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak.

 

  1. C.    Menulis Pantun

 

Pantun adalah wujud konkret warisan budaya leluhur yang harus kita lestarikan. Coba kamu amati kegunaan pantun dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, di radio, di televisi, atau di media cetak! Coba kamu sebutkan beberapa lagu yang di dalamnya terdapat bait-bait pantun! Nah, ternyata acara di radio atau televisi juga menggunakan pantun sebagai sarana untuk memperindah atau menghangatkan suasana. Melihat begitu banyak kegunaan pantun dalam kehidupan kita, pada pembelajaran ini kamu akan belajar menulis pantun. Agar kamu dapat menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun, lakukanlah aktivitas berikut: (1) menemukan ciri-ciri pantun, (2) menemukan jenis-jenis pantun, (3) menyanyikan lagu berbentuk pantun, (4) melengkapi pantun yang rumpang dan pantun karmina (dua baris) (5) adu cepat berbalas pantun.

 

  1. 1.      Menemukan Ciri Pantun

 

Bacalah contoh pantun berikut!

 

Contoh pantun

 

(1)

Jual pepaya dengan kandil

Kandil buatan orang Inggris

Melihat buaya menyandang bedil

Sapi dan kerbau tegak berbaris

 

(2)

Anak bakau di rumpun salak

Patah taruknya ditimpa genta

Riuh kerbau tergelak-gelak

Melihat beruk berkaca-mata

 

(3)

Pohon manggis pohon embacang

Ketiga dengan pohon lulita

Duduk menangis abang pincang

Katanya jalan tidak rata

 

(4)

Kalau ada sumur di ladang

Bolehkah kita menumpang mandi

Kalau ada umurku panjang

Bolehlah kita bertemu lagi

 

Diskusikan dengan anggota kelompokmu ciri-ciri pantun yang telah kamu baca (identifikasi) tersebut dengan berpedoman pada pertanyaan pemandu diskusi berikut ini!

 

Pada bagian ini perlu ditambahkan permintaan agar siswa juga mendiskusikan pesan-pesan moral dan nilai budi pekerti yang terkandung di dalam pantun.

 

 

 

 

 

 

 

No.

Aspek

Pertanyaan Pemandu diskusi

1

Bentuk:

  • Baris
  • Suku kata
  • Persajakan
  1. Berapa jumlah baris dalam satu bait?
  2. Berapa jumlah suku kata dalam tiap baris?
  3. Apakah yang dimaksud dengan persajakan?
  4. Bagaimana persajakan pada tiap-tiap bait pantun?

2

Isi Setiap bait pantun terdapat sampiran dan isi

  1. Apakah yang dimaksud dengan sampiran?
  2. Apakah yang dimaksud dengan isi?
  3. Terletak di baris ke berapakah sampiran pantun?
  4. Terletak di baris ke berapakah isi pantun?

 

Pada tabel di atas perlu ditambah dengan aspek pesan moral dan nilai budi pekerti serta pertanyaan pemandu diskusinya.

 

 

 

 

 

 

  1. 2.      Menemukan Jenis-jenis Pantun

Pantun dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut tujuannya. Pertama, pantun nasihat, yaitu pantun yang bertujuan memberi nasihat dan pesan moral. Kedua, pantun cinta atau remaja, yaitu pantun yang bertujuan untuk mengungkapkan perasaan terkait dengan masalah cinta. Ketiga, pantun jenaka, yaitu pantun yang hanya bertujuan untuk menghibur atau berkelakar.

Klasifikasikanlah pantun-pantun berikut sesuai dengan jenisnya, kemudian berilah alasan!

 

Pantun 1

Pulau pandan jauh ke tengah

Gunung Daik bercabang tiga

Hancur badan dikandung tanah

Budi yang baik dikenang juga

 

Pantun 2

Pohon manggis di tepi rawa

Tempat kakek 1 tidur beradu

Sedang menangis nenek tertawa

Melihat kakek bermain gundu

 

Pantun 3

Dari mana datangnya lintah

Dari sawah turun ke kali

Dari mana datangnya cinta

Dari mata turun ke kali

 

Pantun 4

Tanam jerangau di bukit tinggi

Mati dipijak anak badak

Melihat sang bangau sakit gigi

Gelak terbahak penghulu katak

 

Pantun 5

Anak bakau di rumpun salak

patah taruknya6 ditimpa genta

Riuh kerbau tergelak-gelak

Melihat beruk berkaca mata

 

Format panduan diskusi

 

No.

No. Pantun

Jenis Pantun

Alasan

1 Pantun 1    
2 Pantun 2    
3 Pantun 3    
4 Pantun 4    
5 Pantun 5    

 

 

  1. 3.      Menyanyikan Lagu Berbentuk Pantun

 

Nyanyikan lagu di bawah ini secara bersama-sama!

 

CINDAI

Penyanyi: Siti Nurhaliza

 

Cindailah mana tidak berkias

Jalinnya lalu rentah beribu

Bagailah mana hendak berhias

Cerminku retak seribu

 

Mendendam unggas liar di hutan

Jalan yang tinggal jangan berliku

Tilamku emas cadarnya intan

Berbantal lengan tidurku

 

Hias cempaka kenanga tepian

Mekarnya kuntum nak idam kumbang

Puas kujaga si bunga impian

Gugurnya sebelum berkembang

 

Hendaklah hendak hendak kurasa

Puncaknya gunung hendak ditawan

Tidaklah tidak tidak kudaya

Tingginya tidak terlawan

 

Janganlah jangan jangan kuhiba

Derita hati jangan dikenang

Bukanlah bukan bukan kupinta

Merajuk bukan berpanjangan

 

Akar beringin tidak berbatas

Cuma bersilang paut di tepi

Bidukku lilin layarnya kertas

Seberang laut berapi

 

Gurindam lagu bergema takbir

Tiung bernyanyi pohonan jati

Bertanam tebu di pinggir bibir

Rebung berduri di hati

 

Laman memutih pawana menerpa

Langit membiru awan bertali

Bukan dirintih pada siapa

Menunggu sinarkan kembali

 

Setelah kamu menyanyikan lagu tersebut, coba kelompokkan mana yang termasuk sampiran dan mana yang termasuk isi. Kemudian, carilah maksud atau arti isi pantun tersebut!

 

Panduan diskusi

 

Bait

Sampiran

Isi

Maksud Isi

1

Cindailah mana tidak berkias/

Jalinnya lalu rentah beribu

Bagailah mana hendak berhias/

Cerminku retak seribu

Bagaimana mau bercermin, kalau cermin kita pecah berkeping-keping.

dst.

dst.

dst.

dst.

 

 

  1. 4.      Melengkapi Pantun

 

Lengkapilah rumpang pada pantun berikut!

 

 

Dari Yogya pergi ke Malang

Naik bus melewati Batu

………………………………

………………………………

 

Beli obat di warung Pak Syukri

Pulangnya singgah ke pasar kembang

…………………………………………….

…………………………………………….

 

Bang Sakur pergi ke Cibubur

Menengok kerabat yang sedang sakit

………………………………………….

…………………………………………….

 

Bang Jaja kepalanya botak

Bang Sueb rambutnya pirang

………………………………………….

…………………………………………….

 

  1. 5.      Adu Cepat Menulis Pantun

(1)       Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4  s.d. 5 siswa!

(2)       Dalam waktulimamenit, buatlah paling sedikit dua bait pantun! Perhatikan syarat-syarat yang telah kalian pelajari di atas!

(3)       Tempelkan hasil terbaik kalian di majalah dinding!

 

  1. 6.      Menilai Pantun yang Telah Ditulis

 

Nilailah pantun yang ditulis oleh kelompok lain dengan menggunakan kriteria penilaian berikut ini! Lakukan dengan cermat dan jujur!

 

No.

Aspek yang Diamati dan Bobot

Skor

1

Kesesuaian dengan syarat pantun dari segi bentuk (Tiap bait terdiri atas 4 baris, tiap baris terdiri atas 8 s.d. 12 suku kata, persajakan abab)

Alternatif penilaian:

  • sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 5)
  • hanya sesuai dengan 2 syarat pantun  (dengan bobot 3)
  • tidak sesuai dengan semua syarat pantun  (dengan bobot 1)
 

2

Kesesuaian dengan syarat pantun dari segi isi (baris 1 dan 2

adalah sampiran dan baris 3 dan 4 adalah isi)

Alternatif penilaian:

  • sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 5)
  • hanya sesuai dengan 1 syarat pantun  (dengan bobot 3)
  • tidak sesuai dengan semua syarat pantun  (dengan bobot 1)
 

3

Kemenarikan isi pantun

Alternatif penilaian:

  • isi bermakna dan bervariasi (dengan bobot 5)
  • isi bermakna namun kurang bervariasi (dengan bobot 3)
  • isi tidak bermakna dan tidak bervariasai  (dengan bobot 1)
 

4

Ketepatan penulisan ejaan dan tanda baca

  • tidak ada kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca (dengan bobot 5)
  • ada 2 atau 3 kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca  (dengan bobot 3)
  • lebih dari 3 kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca  (dengan bobot 1)
 

SKOR MAKSIMAL

25

SKOR PEROLEHAN

 

Pada tabel di atas dapat ditambah dengan aspek penilaian yang berkenaan dengan pesan moral dan nilai budi pekerti lengkap dengan bobot penilaiannya.

 

 

 

 

 

 

  1. D.    Rangkuman

 

Pada unit 1, kamu telah belajar menceritakan pengalaman yang paling mengesankan. Dari pembelajaran ini kamu telah belajar bercerita dengan memperhatikan intonasi, dan ekpresi. Kamu juga telah belajar membaca cepat dan menarik simpulan dari teks yang kamu baca. Mengidentifikasi kata dasar dan kata berimbuhan juga telah kamu lakukan dalam pembelajaran ini. Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan bersastra, yaitu menulis pantun. Kamu telah belajar mengenali ciri pantun, jenis-jenis pantun, melengkapi pantun yang rumpang, dan menulis pantun.

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. E.     Evaluasi

 

  1. 1.      Pilihlah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d!

 

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Dari pengalamanlah kita bisa belajar banyak hal. Kita bisa belajar bagaimana mengatasi masalah yang rumit, yang sulit dipecahkan. Dari pengalaman juga kita belajar bersosialisasi menghadapi segala macam persoalan yang sangat kompleks. Seringkali tanpa sengaja kita dapat bertindak arif dan bijak, padahal semua itu sebenarnya buah dari pengalaman yang mungkin tidak kita sadari.

 

(1)       Ide pokok paragraf tersebut di atas adalah …

  1. Pengalaman adalah guru yang terbaik.
  2. Kita bisa belajar dari pengalaman.
  3. Kita bisa bertindak arif dari pengalaman.
  4. Dari pengalaman kita bisa belajar banyak.

 

Kumur-kumur dengan air putih dapat membantu mencegah pilek. Menurut para ahli, kumur dengan air putih biasa bisa mencegah pilek sampai 30%. Para periset membagi sekitar 400 orang ke dalam 3 grup. Masing-masing berkumur dengan antiseptic, air biasa, dan tidak kumur sama sekali. Hasilnya, grup yang kumur dengan air putih 36% lebih rendah terkena infeksi. Kumur-kumur menurunkan risiko karena membilas virus keluar dari mulut. Selain itu, menjaga jaringan tetap basah menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi pathogen.

 

(2)   Ide pokok paragraf tersebut di atas adalah …

  1. Kumur dengan air putih menurunkan risiko terkena penyakit.
  2. Kumur-kumur dengan air putih mencegah pilek.
  3. Kumur-kumur dapat membilas virus keluar dari mulut.
  4. Kumur-kumur berguna untuk menjaga jaringan agar tetap basah.

 

Kadang kita diserang rasa lapar pada malam hari yang membuat kita ingin ngemil. Untuk mengatasinya, coba minum air putih dengan disesap secara perlahan ketimbang dalam regukan besar pada saat makan. Minum terlalu banyak secara sekaligus mengencerkan cairan pencerna yang dikeluarkan di dalam mulut. Mengakibatkan makanan sulit dipecah secara tepat sehingga nutrient yang mengenyangkan banyak yang dikeluarkan ketimbang diabsorp. Minum dengan disesap mengoptimalkan pencernaan, membuat perut dapat memproses makanan secara baik dan mengirimkan sinyal kenyang ke otak. Hasilnya, Anda akan merasa kenyang sampai pagi hari. (Dikutip dari Majalah Aura Edisi Minggu ke-1 Tanggal 7-13 Februari 2005)

 

(3)   Simpulan paragraf tersebut di atas adalah …

  1. Mengurangi ngemil dengan cara minum air putih dengan cara disesap secara perlahan.
  2. Kiat minum agar makanan dapat diproses dengan baik.
  3. Kiat mengoptimalkan pencernaan dengan cara minum air putih dengan disesap.
  4. Kiat agar tetap kenyang sepanjang hari.

 

Akhirnya ia memperoleh hasil sebagai berikut: 40% membandingkannya dengan gelondongan kayu, 20% dengan batang kayu yang bulat dan halus, dan masing-masing 10% dari mereka yang membandingkannya dengan panci besar, sebuah balon, selang air dan tali tambang yang rusak. Sangat logis bukan? Seekor gajah memiliki 4 kaki besar seperti gelondong kayu ( 40%) dan 2 taring ( 20%), Sedangkan untuk kepala, belalai, perut dan ekor hanya 1 ( 10%). Sebagaimana para ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, cenderung yakin bahwa mayoritas adalah kebenaran, maka ia menyatakan bahwa seekor gajah itu seperti gelondongan kayu karena hampir setengah menyatakannya. Jadi di dalam kasus ini, mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran.

 

(4)   Tujuan utama paragraf tersebut di atas adalah …

  1. Memberikan informasi yang tidak lazim
  2. Memberikan informasi yang aneh.
  3. Membuktikan bahwa pendapat mayoritas tidak secara otomatis sebuah kebenaran.
  4. Menyatakan pendapat yang sama dengan pendapat umum.

 

(5)   Simpulan paragraf tersebut di atas adalah …

  1. Pendapat mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran.
  2. Pendapat mayoritas otomatis sebuah kebenaran.
  3. Kemayoritasan adalah sebuah kebenaran.
  4. Mayoritas memegang peranan penting.

 

 

Makanan Pembunuh

 

Maksud judul itu bukanlah ………….yang ……………oleh pembunuh, melainkan makanan yang dapat membunuh manusia yang ……………..

 

(6)   Kata berimbuhan yang tepat untuk melengkapi kalimat yang rumpang tersebut adalah …

  1. makan, memakan, dimakan.
  2. makanan, dimakan, memakan.
  3. makanan, memakan, memakannya.
  4. makanan, dimakan, memakannya.

 

(7)   Penulisan kata berimbuhan asing yang bergaris bawah berikut telah benar, kecuali

  1. Warga desa membangun gedung pertemuan secara swadaya.
  2. Bulan depan, mereka akan mengikuti lomba voli antarprovinsi.
  3. Paratunawisma di bawah jembatan Semanggi akan ditertibkan.
  4. Mereka tidak menyukai kegiatan yang bersifat nonteknis.

 

(8)   Kalimat yang menggunakan tanda koma secara tepat adalah ….

  1. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil coba minum air putih, dengan disesap secara perlahan.
  2. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih, dengan disesap secara perlahan.
  3. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih dengan disesap secara perlahan.
  4. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih dengan disesap, secara perlahan.

 

  1. 2.  Uji Praktik

 

  1. Ceritakanlah pengalamanmu yang paling berkesan secara singkat (tiga menit), dan dengan ekspresi dan intonasi yang sesuai serta bahasa yang efektif!
  2. Tulislah dua bait pantun karyamu sendiri!

 

Pada bagian evaluasi ini dapat ditambahkan instrumen penilaian yang berkenaan dengan pencapaian pengembangan nilai karakter, misalnya dengan panduan observasi, lembar evaluasi diri, dan lembar evaluasi antarteman.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. F.  Refleksi

 

Setelah kamu berdiskusi, berlatih, dan melaksanakan semua kegiatan dalam pembelajaran ini, cobalah kamu renungkan kembali apa yang telah kamu kuasai dan belum kamu kuasai. Ungkapkan pula kesanmu terhadap pembelajaran yang telah kamu laksanakan. Untuk itu, berikanlah tanda centang (√) pada panduan berikut ini dengan jujur dan objektif atau apa adanya!

 

No.

Pertanyaan Pemandu

Ya

Tidak

1

Saya dapat bercerita dengan ekspresi, intonasi yang sesuai dan menggunakan kalimat efektif    

2

Saya memahami perbedaan kata dasar dan kata berimbuhan    

3

Saya dapat menghitung kecepatan membaca saya    

4

Saya dapat menjawab pertanyaan dari isi bacaan yang saya baca    

5

Saya dapat menyimpulkan isi teks yang saya baca    

6

Saya bangga dapat menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun    

7

Saya dapat menilai pantun yang ditulis teman dan saya tulis sendiri    

8

 Menurut saya, latihan-latihan dalam bab ini mudah diikuti dan membuat saya senang belajar bahasaIndonesia    

 

 

 

 

 

  1. 2.      Strategi Penggunaan BSE Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Karakter

 

  1. a.      Adaptasi lengkap secara terintegrasi

 

Salah satu strategi penggunaan BSE mata pelajaran bahasa Indonesia untuk pendidikan karakter dapat dilakukan dengan adaptasi lengkap secara terintegrasi sebelum pembelajaran dilaksanakan. Strategi ini dilakukan dengan cara merevisi materi atau isi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang ada pada setiap unit pembelajaran dalam BSE sebelum pembelajaran dilaksanakan. Revisi itu dapat dilakukan dengan menambah atau mengubah isi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang ada di dalam BSE. Setelah revisi dilakukan, unit pembelajaran itu dicetak dan diberikan kepada peserta didik.

 

 

  1. b.     Adaptasi sebagian secara terintegrasi

 

Strategi penggunaan BSE mata pelajaran bahasa Indonesia untuk pendidikan karakter juga dapat dilakukan dengan adaptasi sebagian secara terintegrasi sebelum pembelajaran. Strategi ini dilakukan dengan cara merevisi isi pembelajaran atau kegiatan pembelajaran atau evaluasi pembelajaran yang ada pada setiap unit pembelajaran dalam BSE sebelum pembelajaran dilaksanakan. Revisi itu dapat dilakukan dengan menambah atau mengubah isi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, atau evaluasi pembelajaran yang ada di dalam BSE. Setelah revisi dilakukan, unit pembelajaran itu dicetak dan diberikan kepada peserta didik.

 

Melalui contoh adaptasi lengkap yang sudah dikemukakan di atas, para guru dapat mengambil bagian yang menunjukkan bagaimana cara mengadaptasi sebagian secara terintegrasi tersebut.

 

 

  1. c.       Adaptasi parsial-terpisah

 

Strategi penggunaan BSE mata pelajaran bahasa Indonesia untuk pendidikan karakter juga dapat dilakukan dengan adaptasi sebagian secara terpisah sebelum pembelajaran. Strategi ini dilakukan dengan cara menambah isi pembelajaran atau kegiatan pembelajaran atau evaluasi pembelajaran yang ada pada setiap unit pembelajaran dalam BSE sebelum pembelajaran dilaksanakan. Tambahan itu dicetak secara terpisah dan digunakan oleh guru sebagai panduan dalam pengembangan nilai karakter peserta didik.

 

Berikut ini disajikan contoh adaptasi lengkap secara terintegrasi sebelum pembelajaran dilaksanakan. Contoh ini dapat dijadikan rambu-rambu bagi guru dalam mengintegrasikan nilai karakter pada penggunaan BSE pelajaran bahasa Indonesia. Artinya, diharapkan guru dapat secara kreatif mempersiapkan pembelajarannya dengan lebih baik. Di samping itu, melalui contoh adaptasi lengkap secara terintegrasi itu, diharapkan para guru juga bisa melakukan adaptasi sebagian secara terintegrasi.  Melalui contoh itu, diharapkan pula para guru bisa melakukan adaptasi sebagian secara terpisah.

 

 

  1. d.     Contoh adaptasi lengkap terintegrasi

 

 

PELAJARAN I

BELAJAR DARI PENGALAMAN

 

Topik Pembelajaran:

A. Menceritakan Pengalaman yang Paling Mengesankan

B. Membaca Cepat dan Menyimpulkan Isi Bacaan

C. Menulis Pantun

 

A.  Belajar dari Pengalaman

Amatilah semua acara reality show di televisi. Hampir semua acara tersebut mengharuskan semua peserta untuk dapat bercerita. Nah, pada pembelajaran ini kamu pun akan belajar bercerita yang baik, runtut, mudah dipahami, dan pengalaman yang kamu ceritakan dapat diambil hikmahnya oleh para pendengar. Kemampuanmu bercerita akan lengkap apabila kamu juga memiliki pengetahuan yang luas melalui kegiatan membaca. Dalam pembelajaran ini kamu akan belajar membaca cepat sekaligus belajar menarik simpulan dari teks yang kamu baca. Keterampilan berbahasamu akan lengkap jika kamu juga bisa bersastra, yaitu menulis pantun. Kemampuanmu dalam menulis pantun ini akan memberi nilai tambah penampilanmu dalam berbahasa lisan di depan umum karena pantun dapat dimanfaatkan untuk menghangatkan suasana.

 

 

  1. 1.      Bercerita tentang Pengalaman yang paling Mengesankan

 

Tidak ada pengalaman yang sia-sia. Ada pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Ini berarti kita dapat belajar dari pengalaman, baik pengalaman yang kita alami sendiri maupun pengalaman orang lain. Agar kamu dapat menceritakan pengalamanmu yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan ungkapan peribahasa yang menarik, kamu akan melakukan serangkaian aktivitas berikut: (1) mengamati contoh pengalaman yang mengesankan, (2) menemukan ciri pengalaman yang mengesankan, (3) memilih pengalamanmu yang paling mengesankan untuk kamu ceritakan, (4) membuat kerangka cerita, dan (5) menyampaikan cerita yang telah kamu susun kerangkanya tersebut secara lisan dengan memberdayakan ungkapan/peribahasa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tambahan penjelasan:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. 2.      Mengamati Contoh Pengalaman yang Mengesankan

 

Kita dapat belajar mengungkapkan pengalaman yang mengesankan dengan membaca contoh berikut!

 

Pengalaman 1

 

Watashiwa wa …

 

Aku bersemangat sekali ikut kursus bahasa Jepang di Surabaya karena di samping tertarik dengan huruf-hurufnya, kudengar tempat kursus yang kutuju juga mempunyai sensei (guru) orang Jepang. Hari itu kami masuk kelas dengan gembira. Pada saat awal kami diberitahu oleh petugas administrasi bahwa di kelas kami ada dua nama yang sama, yaitu: Joko Bagus. Oleh sebab itu, petugas kemudian menambahkan inisial A dan B pada akhir kedua nama itu.

Pelajaran pertama diisi oleh sensei dari Jepang. Dia mengajak kami untuk saling memperkenalkan diri dengan memberikan contoh. Pertama, dia mencontohkan dengan memperkenalkan diri sendiri. Setelah itu, dia melihat daftar presensi dan mulai membaca nama yang ada untuk contoh. Dia katakan: “Watashi wa Larasati des, dozoo yoroshiku”. Kami mengangguk-angguk tanda mengerti. Setelah itu dia membaca presensi lagi dan mengatakan, “Watashi wa, Joko Bagus Be des…” (baca: watashi wa joko bagus bedes) sampai di situ sontak kami tertawa riuh bahkan ada yang tertawa terpingkal-pingkal. Joko Bagus pun menggerutu dan bergumam dengan bahasa Suroboyo-an: “Aduuuh…mosok, bagus-bagus ngene dikira bedes, Rek” (‘Masak, cakep-cakep begini dikira kera.’), Tawa kami pun semakin meledak dan sensei kami akhirnya ikut tersenyum-senyum walaupun wajahnya terlihat bingung (KL, Ajisai, Vol.1, No.1, Oktober 2002 dalam Kisyani, 2004).

 

 

Pengalaman 2

 

Perjuangan Menjadi Finalis Pildacil

 

Teman, namaku Trismunandar, kelas 5 SD. Aku ditunjuk oleh pihak sekolah untuk mengikuti pildacil, yaitu pemilihan dai cilik ke-3 di Lativi. Audisi di Yogyakarta dilaksanakan Januari lalu. Saat itu aku memilih tema tentang akhlak manusia. Aku grogi banget sampai lupa dan mengulang dua kali. Sebulan kemudian aku dipanggil kepala sekolah untuk mengikuti final pildacil di Jakarta.

Teman, aku menangis sedih, karena aku buta dan membuatku tidak percaya diri. Rasa rendah diri terus menghantuiku. Aku takut, di Jakarta nanti tidak punya teman. Tapi, guru, teman-teman dan keluargaku terus memompa semangatku. Didampingi ibu, aku berangkat ke Jakarta. Di tempat karantina aku merasa tidak kerasan dan meminta Ibu untuk mengajakku pulang saja ke rumah. Namun Ibuku dengan sabar terus menasihatiku.

Teman, ternyata dugaanku selama ini salah, keenam belas finalis lain selalu menghibur dan berkawan akrab denganku. Mereka tidak memandang sebelah mata terhadap keadaanku yang buta. Aku semakin kerasan dan tumbuh rasa percaya diriku. Aku juga semakin berani tampil di depan lensa kamera karena dibimbing kakak-kakak pembina. Setiap hari jadwal kegiatanku sudah ditentukan, seperti membaca materi, hafalan, kegiatan sosial, dan juga jalan-jalan lho!

Sebenarnya aku tidak memiliki pengalaman berceramah, paling-paling cuma menjadi pewara atau MC di sekolah. Pengalamanku menjadi anggota Junior Yaketonis Band sebagai pemegang keyboard dan sering diundang tampil di berbagai acara dan sekaligus memenangkan beberapa kejuaraan di Yogyakarta mudah-mudahan bisa menambah rasa percaya diriku dan doakan ya mudah-mudahan dapat mengantarku menjadi juara.

Aku menyesal telah meratapi keadaanku. Mudah-mudahan Allah mengampuni segala kekhilafanku ini. Amin.

(Dikutip dengan beberapa perubahan

dari Mentari, Edisi 320 tahun XXIV 2006)

 

 

Pelajaran Nenek Penjual Sapu

 

Seorang teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu hari Minggu, saat dia dan keluarganya hendak pulang usai silaturahmi bersama kerabat, mereka melawati pasar Godean. Ibu dari teman saya tergoda memebeli ayam goreng di depan pasar untuk sajian makan malam. Kebetulan hari mulai gelap.

Di samping warung ayam goreng tersebut ada seorang nenek berpakaian lusuh bak pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas, sambil merangkul tiga ikat sapu ijuk. Keadaannya terlihat payah, lemah, dan tak berdaya. Setelah membayar ayam goreng, ibu teman saya bermaksud memberi Rp1.000,00 karena iba dan menganggap nenek itu pengemis. Saat menyodorkan lembaran uang tadi, tidak diduga si nenek malah menunduk kecewa dan menggeleng pelan. Sekali lagi diberi uang, sekali lagi nenek itu menolak.

Penjual ayam goreng kebetulan melihat kejadian itu kemudian menjelaskan bahwa nenek itu bukanlah pengemis, melainkan penjual sapu ijuk. Paham akan maksud keberadaan sang nenek yang sebenarnya, ibu teman saya akhirnya memutuskan membeli tiga sapunya yang berharga Rp1.500,00 per ikat, meskipun ijuknya jarang-jarang dan tidak bagus, ikatannya pun longgar.

Setelah menerima uang Rp5000,00 si nenek tampak ngedumel sendiri. Ternyata tidak punya kembalian. “Ambil saja uang kembaliannya,” kata ibu dari teman saya. Namun, si nenek ngotot untuk mencari uang kembalian Rp500,00. Dia lalu bangkit dan dengan susah payah menukar uang di warung terdekat.

Ibu teman saya terpaku melihat polah sang nenek. Sesampainya di mobil, ia masih terus berpikir, bagaimana mungkin di zaman sekarang masih ada yang begitu jujur, mandiri, dan mempunyai harga diri yang begitu tinggi.

Sumber: Intisari, Agustus 2004

 

 

 

  1. 3.      Menemukan Ciri Pengalaman yang Mengesankan

 

Setelah kamu membaca tiga contoh pengalaman tersebut, diskusikanlah jawaban pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dalam kelompokmu masing-masing!

 

Tambahan:

Permintaan kepada siswa untuk berdiskusi di atas dapat ditambah dengan penjelasan seperti di bawah ini.

 

Dalam melaksanakan diskusi kamu harus bisa memenuhi persyaratan atau aturan berikut.

  1. dapat menahan emosi atau dapat bersabar
  2. dapat menghargai pendapat orang lain
  3. dapat bersikap dan berbahasa secara santun dalam menyampaikan pertanyaan, pendapat, atau tanggapan
  4. dapat menyadari bahwa orang lain juga memiliki hak untuk berbicara

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pertanyaan Pemandu Diskusi

 

Tambahan:

Daftar pertanyaan pemandu diskusi dapat ditambah dengan dua pertanyaan yang terkait dengan pendidikan karakter berikut ini.

 

  • Pesan moral atau nilai budi pekerti apa yang terdapat pada cerita 1, 2, dan 3?
  • Pesan moral atau nilai budi pekerti apa yang dapat kamu terapkan dalam kehidupanmu sehari-hari?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1)      Apakah yang dimaksud dengan pengalaman mengesankan menurut kelompokmu?

2)      Apakah pengalaman mengesankan itu dapat berisi peristiwa lucu atau kocak, menyedihkan, menyenangkan, mengharukan, atau menegangkan?

3)      Menurut kelompokmu manakah pengalaman yang mengesankan dari bacaan tersebut?

4)      Berikan alasan mengapa mengesankan?

5)      Aspek-aspek apa yang membuat kelompokmu terkesan?

6)      Selain dari segi isi yang diceritakan, apakah pengalaman mengesankan juga dapat dilihat dari cara menceritakan dan bahasa yang digunakan?

7)      Apakah penggunaan ungkapan atau peribahasa dapat menambah kemenarikan cerita tersebut?

8)      Catatlah ungkapan atau peribahasa yang terdapat pada contoh-contoh itu dan temukan maknanya!

 

 

 

 

 

 

  1. 4.      Mengidentifikasi Beragam Pengalaman Diri yang Mengesankan

 

Setelah kamu mengamati beragam contoh pengalaman yang mengesankan tersebut, secara individual daftarlah beberapa pengalamanmu yang berkesan selama ini!

 

 

Tambahan:

Permintaan di atas dapat ditambah dengan pernyataan yang dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk membiasakan diri suka berbagi pengalaman dengan orang lain. Misalnya, seperti berikut ini.

 

Setelah belajar dan memetik hikmah dari pengalaman orang lain, kamu juga harus mau membagi pengalamanmu kepada teman. Dengan demikian teman-temanmu dapat belajar dari pengalamanmu. Berbagi pengalaman dengan orang lain merupakan perbuatan yang dapat membentuk kepribadian yang mulia. Nah, sekarang daftar apa saja pengalamanmu selama ini seperti contoh berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Contoh:

  • Kejutan di pesta ulang tahunku
  • Bajuku sama dengan baju temanku
  • Menerimasuratdari teman sekelas
  • Memperoleh NUN tertinggi
  • Pandangan pertama yang tak bisa kulupakan

 

Setelah kamu daftar, pilihlah satu pengalaman yang menurutmu paling mengesankan untuk kamu ceritakan!

 

 

  1. 5.      Menyusun Kerangka Cerita

 

Kembangkanlah kerangka cerita dari pengalaman yang telah kamu pilih tersebut dengan cara mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang kamu alami seperti contoh berikut ini.

 

Contoh:

Kejutan di pesta ulang tahunku

  • Ayah dan ibu pergi pada hari ulang tahunku
  • Aku sedih, kecewa, dan marah
  • Pulang sekolah suasana rumah sepi
  • Aku curiga banyak hiasan di ruang makan
  • Ternyata semua keluarga berkumpul dan membuat kejutan untukku

 

  1. 6.      Menyampaikan Pengalaman secara Lisan

 

Ceritakanlah secara lisan pengalaman yang telah kamu susun kerangkanya tersebut! Perhatikan bagaimana kamu memulai cerita, mengembangkan inti cerita, dan mengakhiri cerita! Jangan lupa selipkan ungkapan atau peribahasa agar ceritamu menjadi lebih menarik/berkesan!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. 7.      Menilai Kemampuan Menceritakan Pengalaman yang Mengesankan

 

Nilailah kemampuan temanmu yang sedang bercerita dengan menggunakan pedoman penilaian atau rubrik berikut!

 

Rubrik Penilaian Kemampuan Menceritakan Pengalaman

 

No.

Aspek Penilaian

Deskripsi

Ya

Tidak

1 Isi
  1. Apakah isi menarik dan ada hikmah dari pengalaman yang diceritakan temanmu?
    1. Apakah ada kesesuaian antara kejadian satu dan kejadian berikutnya?
   
2 Penggunaan Bahasa
  1. Apakah kalimat-kalimat yang digunakan dapat kamu pahami!
  2. Apakah pilihan kata yang digunakan tepat?
  3. Apakah dengan pilihan kata dan kalimat yang digunakan mampu menarik perhatian pendengar?
   
3 Kelancaran
  1. Apakah temanmu bercerita dengan lancar, tidak tersendat?
  2. Apakah dari tatapan mata dan gerak tubuhnya, tercermin rasa percaya diri yang kuat?
   

 

 

 

Perubahan:

 

Rubrik di atas diganti dengan rubrik yang lebih lengkap berikut ini.

 

 

 

Rubrik Penilaian Kemampuan Menceritakan Pengalaman

No.

Aspek Penilaian

Deskripsi

Ya

Tidak

1 Isi cerita
  1. Apakah isi cerita temanmu mengesankan?
  2. Adakah aspek isi cerita yang mengesankan?
  3. Adakah hikmah yang dapat dipetik sebagai contoh pengalaman hidup?
   
2 Penggunaan Bahasa
  1. Apakah kalimat yang digunakan dalam bercerita dapat kamu pahami dengan mudah!
  2. Apakah kata-kata yang digunakan dalam bercerita tepat?
  3. Dalam bercerita, apakah temanmu memiliki gaya dan intonasi yang menarik?
   
3 Kelancaran dan Keruntutan
  1. Apakah temanmu bercerita dengan lancar atau tidak tersendat?
  2. Apakah isi cerita temanmu disajikan secara sistematis atau runtut?
   
4 Keberanian dan rasa percaya diri
  1. Apakah dalam bercerita temanmu menunjukkan keberanian yang tinggi?
  2. Apakah dari mimik muka, sorot mata, dan gerak tubuhnya tercermin rasa percaya diri yang kuat?
   

 

 

B.  Membaca Cepat dan Menyimpulkan Isi Bacaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jadi, kecepatan membaca terkait erat dengan pemahaman terhadap bacaan. Seseorang yang dapat menyelesaikan bacaan dalam waktu yang cepat, tetapi sedikit sekali yang dapat dipahami dari bacaan itu, maka ia tidak dapat dikategorikan sebagai pembaca cepat. Demikian juga seseorang yang dapat memahami bacaan dengan baik, tetapi kecepatan membacanya sangat lambat, juga tidak dapat dikategorikan sebagai pembaca cepat.

Nah, apakah kamu termasuk pembaca cepat? Untuk mengetahui jawabannya, cobalah kamu ikuti serangkaian kegiatan berikut: (1) mengidentifikasi manfaat membaca cepat, (2) membaca sambil menghitung waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan bacaan, (3) menjawab pertanyaan terkait dengan isi bacaan, (4) mengukur kecepatan membaca, (5) membuat simpulan isi bacaan, dan (6) berlatih meningkatkan kemampuan membaca, (7) mencatat perkembangan kemampuan membaca, dan (8) mengidentifikasi kata dasar dan imbuhan.

 

 

1.  Menemukan Manfaat Membaca Cepat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tambahan:

Bagaimana? Apakah kamu memiliki kegemaran membaca? Kegemaran seseorang dalam membaca dapat diukur berdasarkan jenis dan jumlah bacaan yang dibacanya serta frekuensi atau keseringannya dalam membaca. Jenis, jumlah, dan frekuensi itu diukur berdasarkan satuan atau kurun waktu tertentu, misalnya dalam sehari, seminggu, sebulan, satu semester, satu tahun, atau selama hidup. Nah, silakan kamu secara jujur menilai dirimu sendiri mengenai kegemaran dan kemampuanmu dalam membaca sejak kamu bisa membaca sampai sekarang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Seberapa seringkah kamu melakukan kegiatan membaca dalam sehari? Sebagai pelajar, kamu tentu setiap hari melakukan kegiatan membaca. Bacaan apa saja yang kamu baca? Berilah tanda contreng (√) pada bacaan yang sering, pernah, atau kadang kamu baca!

 

No.

Jenis Bacaan

Pernah/sering

1

 Buku Pelajaran  

2

 Novel  

3

 Cerpen  

4

 Komik  

5

 Majalah  

6

 Koran  

 

 

 

 

 

 

 

 

Perubahan:

 

Tabel di atas diubah menjadi seperti berikut ini.

 

Cantumkan tanda contreng (√) pada kolom (3) s.d. (5) sesuai jenis bacaan yang kamu baca pada kolom (2).

 

No.

Jenis Bacaan

Keseringan

Pernah

Kadang-kadang

Sering

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

1

 Buku Pelajaran (Teks)      

2

 Buku Ilmu Pengetahuan      

3

 Novel      

4

 Cerpen      

5

 Puisi      

6

 Komik      

7

 Majalah/jurnal      

8

 Koran (suratkabar)      

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Di antara bacaan tersebut di atas, manakah yang harus dibaca dengan cepat? Mengapa harus dibaca dengan cepat? Berikan alasan!

 

 

2.  Menghitung Waktu Membaca

 

Bacalah bacaan berikut ini! Hitunglah berapa detik kamu menyelesaikan bacaan berikut!

 

Perubahan:

Perintah di atas diganti dengan perintah berikut ini

 

Bacalah bacaan (sebanyak 815 kata) berikut ini dengan cepat! Hitunglah berapa detik kamu menyelesaikan bacaan berikut! Untuk menghitungnya gunakan jam tangan atau stopwatch. Lakukan hal itu dengan jujur demi perkembangan kemampuan kamu sendiri dalam membaca.

 

Waktu mulai : ………………..….

Waktu selesai : ……………………

 

 

ORANG-ORANG BUTA DAN SEEKOR GAJAH

 

Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah. Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang paling benar, sementara ajaran agama lain salah. Setelah Budha wafat, ceritera ini tersebar tidak hanya di India saja, tetapi juga di negara dan budaya lain, ceritera ini dikenal dan diceritakan. Sampai saat ini, cerita ini masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah.

Suatu ketika, seorang raja di India utara memerintahkan pegawai-pegawainya untuk mengumpulkan orang-orang yang buta sejak lahir ke istana kota raja. Sang raja juga memerintahkan pegawainya untuk membawa seekor gajah ke istana. Orang-orang buta ini sepanjang hidupnya belum pernah sama sekali mengerti apa itu gajah. Mereka tidak tahu seperti apakah gajah itu. Sekarang, sang raja memerintahkan mereka untuk menyentuhnya. Mereka hanya diperbolehkan menyentuh bagian-bagian tertentu saja, bukan gajah secara keseluruhan. Setelah beberapa waktu menunggu, mereka dipersilahkan mengatakan, bagaimana dan apa itu gajah.

Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak.Masing-masing dari mereka memiliki penjelasannya sendiri tentang seekor gajah.

Oleh karena gambaran mereka tentang gajah berbeda, mulailah mereka bertengkar. Masing-masing sangat yakin bahwa hanya penjelasannyalah yang paling benar dan kepunyaan yang lainnya salah. Akhirnya mereka saling berantem dan dengan demikian sang raja terhibur.

Siapakah yang salah dan siapakah yang benar? Adakah seorang dari mereka memiliki kebenaran? Yang pasti sang rajalah yang salah karena telah mempermainkan orang buta. Bagi orang-orang buta sejak lahir, sangatlah sulit mendeskripsikan gajah tanpa merabanya secara utuh. Masing-masing dari mereka telah menggambarkan dengan tepat apa yang mereka rasakan. Mereka telah melakukannya dengan benar. Masing-masing mengatakan kebenaran. Tak seorang pun berbohong karena mereka hanya diperbolehkan meraba bagian-bagian tertentu saja. Kesalahan dari masing-masing orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja.cara keseluruhan.

Kesalahan dari masing-masing orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja.

Bayangkan seumpama satu di antara mereka seorang ilmuwan, maka ia akan mencari penyelesaian dengan gaya para ilmuwan, yaitu dengan metode persentase atau statistik. Ia akan segera mendata berapa banyak orang buta yang membandingkan dengan selang air, berapa persen yang membandingkannya dengan gelondongan kayu, dan seterusnya.

Akhirnya ia memperoleh hasil sebagai berikut: 40% membandingkannya dengan gelondongan kayu, 20% dengan batang kayu yang bulat dan halus, dan masing-masing 10% dari mereka yang membandingkannya dengan panci besar, sebuah balon, selang air dan tali tambang yang rusak. Sangat logis bukan? Seekor gajah memiliki 4 kaki besar seperti gelondong kayu (40%) dan 2 taring (20%), Sedangkan untuk kepala, belalai, perut dan ekor hanya 1 (10%). Sebagaimana para ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, cenderung yakin bahwa mayoritas adalah kebenaran, maka ia menyatakan bahwa seekor gajah itu seperti gelondongan kayu karena hampir setengah menyatakannya. Jadi di dalam kasus ini, mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran.

Oleh sebab itu, hanya ada satu pemecahan dari persoalan ini. Orang-orang buta yang hanya meraba bagian-bagian tertentu tersebut harus bekerja sama. Mereka harus bekerja seperti merangkai gambar dari sebuah gambar yang telah dipotong-potong. Lantas katakanlah, seekor gajah itu terdiri dari 4 gelondongan kayu, 2 batang kayu yang bulat dan halus, 1 balon, 1 panci, 1 selang air dan satu tali tambang buntut. Dengan demikian, mereka akan mampu memperolah gambaran tentang seekor gajah secara keseluruhan. Mereka harus menghentikan perselisihan dan bekerja sama. Mereka harus menyatukan gambaran masing-masing dengan gambaran yang didapat temannya. Mereka harus mau belajar dari yang lain. Masing-masing harus menerima dan memahami bahwa ada kebenaran dari penjelasan orang lain. Masing-masing harus mempertimbangkan bahwa mereka bukan satu-satunya pemaham kebenaran.

Barangsiapa mau membagi pengetahuan dengan orang lain, ia tak akan sedikit pun kehilangan. Justru sebaliknya, jika pengetahuan dibagi, pengetahuannya tidak akan berkurang melainkan bertambah. Kita manusia memang seperti dongeng orang-orang buta ini. Kita tetap buta, kita mirip mereka ini.

(8)       Kita hanya mengambil sebagian (secuil) dari keseluruhan sebuah kenyataan.

(9)       Kita hanya memahami sebagian (secuil) dari kekompleksan sebuah kenyataan.

(10)   Kita hanya memegang sebuah pengertian yang terbatas dari seluruh kenyataan.

(11)   Kita hanya ingin selalu melawan dan menentang apa yang berbeda dari kita.

(12)   Kita berjuang mati-matian mempertahankan pernyataan kita sebagai satu-satunya kebenaran.

(13)   Kita hanya ingin tampak pandai dengan perselisihan, bukan belajar.

(14)   Kita harus bertindak ini (menerima, mendengarkan, dan memahami apa yang dikatakan orang lain), jika kita ingin mengetahui lebih banyak.

Sankt Augustin, 151204

sarikata.com

 

3.  Menjawab Pertanyaan Bacaan

 

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut secara tepat tanpa harus melihat teks!

 

(1)      Cerita tentang Orang-orang Buta dan Seekor Gajah itu pada mulanya diceritakan oleh ….

  1. Sang raja diIndia
  2. Sang Budha
  3. pegawai Istana
  4. tersebar begitu saja dari mulut ke mulut

 

(2)      Cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajah itu pada mulanya diceritakan sebagai salah satu bentuk ….

  1. ajaran Sang Budha
  2. hiburan Raja
  3. humor
  4. lelucon dari mulut ke mulut

 

(3)      Tujuan utama Cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajah itu diciptakan adalah untuk menyadarkan kita agar ….

  1. tidak main hakim sendiri
  2. tidak saling berselisih mempersoalkan kebenaran ajarannya dan memandang ajaran lain salah
  3. tidak suka mempermainkan binatang yang dianggap suci.
  4. tidak mudah diadu domba oleh orang yang tidak bertanggung jawab

 

(4)      Pernyataan berikut manakah yang sesuai dengan teks tersebut?

  1. Ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, sehingga mayoritas cenderung sebagai sebuah kebenaran.
  2. Kelima orang buta itu membandingkan seekor gajah dengan gelondongan kayu, batang kayu yang bulat dan halus, panci besar, dan sebuah balon.
  3. Kita harus mengambil sebagian dari keseluruhan sebuah kenyataan.
  4. Mayoritas bukanlah sebuah kebenaran.

 

(5)      Kesalahan apakah yang dibuat oleh orang-orang buta?

  1. Soal kualitas dari penjelasannya yang tidak masuk akal.
  2. Mereka saling memaksakan kehendaknya, seolah jawabannyalah yang paling benar.
  3. Karena pada dasarnya, mereka sejak lahir tidak pernah melihat gajah.
  4. Karena orang-orang buta itu tak memiliki pengetahuan yang baik.

 

(6)      Simpulan yang paling tepat dari isi bacaan tersebut adalah ….

  1. tidak menganggap diri paling benar
  2. orang harus belajar dari kelebihan orang lain
  3. jika pengetahuan dibagi, pengetahuan tidak akan berkurang melainkan bertambah.
  4. mayoritas adalah kebenaran

 

(7)      Manakah dari pernyataan di bawah ini yang tidak termasuk penjelasan dari orang-orang buta mengenai gajah?

  1. Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu
  2. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon
  3. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus
  4. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan sebuah tali.

 

(8)      Kejadian dalam cerita tersebut dapat diidentikkan dengan perilaku kita, kecuali ….

  1. hanya mengambil sebagian dari keseluruhan sebuah kenyataan
  2. hanya memahami sebagian dari kekompleksan sebuah kenyataan
  3. hanya memaegang sebuah pengertian yang terbatas dari seluruh kenyataan
  4. hanya ingin selalu dihargai dan menghargai orang lain

 

(9)      Penulis cerita yang berjudul “Orang-orang Buta dan Seekor Gajah” adalah….

  1. Sankt Augustin
  2. Gendhotwukir
  3. Walter Krahe
  4. S.G Goodrich

 

(10)  Manakah pesan berikut ini yang sesuai dengan cerita Orang-orang Buta dan Seekor Gajah tersebut?

  1. Barang siapa mau berusaha, pastilah ia akan mendapatkan jalan
  2. Setiap manusia harus mau saling bekerja sama
  3. Kemayoritasan merupakan suatu kebenaran
  4. Perbedaan pendapat selalu menyebabkan pertikaian.

 

Keterangan:

  • Kunci jawaban (tersedia pada lampiran): 1. B, 2. A, 3. B, 4. A, 5. B, 6. A, 7. C, 8. D, 9. A, 10. B
  • Skor per butir soal : 10
  • Skor Maksimal : 100

 

 

 

 

 

 

 

 

4.  Mengukur Kecepatan Membaca

 

Ukurlah kecepatan membacamu dengan rumus menghitung kecepatan membaca per menit untuk melihat apakah kecepatan membacamu bagus atau perlu peningkatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Rumus Menghitung Kecepatan Membaca

 

 

Keterangan:

K           =          jumlah kata yang dibaca

Wd        =          waktu tempuh baca (dalam detik)

B            =          skor yang diperoleh

Sm         =          skor maksimal

Kpm     =          kecepatan membaca per menit

 

Hasil:

Jika kecepatan membaca per menit (Kpm) >200 berarti kemampuan membaca cepatmu sudah bagus

Jika kecepatan membaca per menit (Kpm) <200 berarti kemampuan membaca cepatmu perlu ditingkatkan

 

 

Contoh perhitungan:

 

Diketahui

K           : 352 kata

Wd        : 65 detik

B            : 80

SM        : 100

 

Maka

Kpm     =          (K/Wd X 60) X (B/Sm)

(352/65 X 60) X (80/100)

(324, 92) X (80/100)

=       259,934

 

 

5.  Membuat Simpulan Isi Bacaan

 

Membuat simpulan isi bacaan berarti mengambil inti sari bacaan. Dalam sebuah paragraf eksposisi atau argumentasi, simpulan paragraf biasanya tercermin pada kalimat topik. Oleh sebab itu, simpulan berkaitan dengan ide pokok paragraf. Perhatikan contoh berikut!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Contoh

Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah. Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang paling benar, sementara ajaran agama lain salah. Setelah Budha wafat, ceritera ini tersebar tidak hanya diIndiasaja, tetapi juga di negara dan budaya lain, ceritera ini dikenal dan diceritakan. Sampai saat ini, cerita ini masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah.

 

Simpulan:

Cerita tentang orang-orang buta dan seekor gajah masih menjadi bacaan wajib dalam buku-buku pelajaran di sekolah.

 

Buatlah simpulan dari tiap paragraf berikut!

 

Suatu ketika, seorang raja diIndiautara memerintahkan pegawai-pegawainya untuk mengumpulkan orang-orang yang buta sejak lahir ke istanakotaraja. Sang raja juga memerintahkan pegawainya untuk membawa seekor gajah ke istana. Orang-orang buta ini sepanjang hidupnya belum pernah sama sekali mengerti apa itu gajah. Mereka tidak tahu seperti apakah gajah itu. Sekarang, sang raja memerintahkan mereka untuk menyentuhnya. Mereka hanya diperbolehkan menyentuh bagian-bagian tertentu saja, bukan gajah secara keseluruhan. Setelah beberapa waktu menunggu, mereka dipersilahkan mengatakan, bagaimana dan apa itu gajah.

 

Simpulan:

…………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………….

 

Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak. Masing-masing dari mereka memiliki penjelasannya sendiri tentang seekor gajah.

 

Simpulan:

…………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………….

 

 

Kesalahan dari tiap-tiap orang buta tersebut bukan soal kualitas dari penjelasannya, melainkan keyakinan dan pernyataan tentang gajah secara keseluruhan dan menganggap penjelasannyalah yang paling benar. Tak seorang pun memiliki gagasan bahwa masing-masing hanya menjelaskan satu bagian saja. Seandainya mereka sadar bahwa mereka hanya menjelaskan satu bagian saja, sebenarnya mereka mampu mengerti kebenaran gajah secara keseluruhan.

 

Simpulan:

…………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………….

 

6.  Berlatih Meningkatkan Kecepatan Membaca

 

Kamu tentu sudah tahu manfaat membaca cepat. Sekarang, tingkatkan kemampuan membaca cepatmu dengan mencatat perkembangan dalam satu bulan.

 

Berikut adalah tips untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat.

 

(1)   Membiasakan banyak membaca

Biasakanlah membaca seperti makan. Jika sehari saja tidak makan, maka badan kita akan lemas. Begitu juga dengan membaca, jika sehari saja tidak membaca, kita akan merasa lapar. Banyaklah membaca segala jenis buku, namun mulailah dari jenis buku yang kamu suka, misalnya cerpen atau novel.

 

(2)   Membaca dengan teknik yang tepat

Hindari membaca dengan bersuara.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(3)   Meningkatkan konsentrasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7.  Mencatat Perkembangan Kemampuan Membaca Cepat

 

Untuk mencatat perkembangan kemampuan membaca cepatmu, lakukanlah kegiatan berikut ini!

 

(1)   Catatlah judul buku apa saja yang telah kamu baca dalam satu minggu!

(2)   Catat juga nama pengarang masing-masing buku yang telah kamu baca!

(3)   Hitunglah berapa jam waktu yang kamu perlukan untuk menyelesaikan membaca buku-buku tersebut sampai selesai! Lakukan semua itu dengan suka cita, ikhlas, dan jujur.

 

 

Perubahan:

Perintah di atas diganti dengan perintah berikut.

 

Kamu pasti ingin mengetahui perkembangan kecepatan bacamu. Bagus! Jika demikian, kamu harus giat berlatih membaca. Setiap kali latihan, kamu harus mengukur kecepatannya dan merumuskan simpulan atau inti sari informasinya. Nah, lakukan kegiatan itu dengan suka cita, ikhlas, dan jujur dengan berpedoman pada permintaan berikut ini.

(1)   cari dan tentukan bacaan  yang menarik perhatianmu

(2)   hitung jumlah kata yang ada dalam bacaan itu (kira-kira 250 – 300 kata)

(3)   siapkan jam tangan atau stopwatch untuk mengukur waktu baca

(4)   bacalah bacaan itu secara intensif atau saksama, tanpa bersuara, dan jangan lupa mengukur waktu bacanya

(5)   buatlah simpulan bacaan atau rumusan inti sari informasinya tanpa membaca ulang atau tanpa melihat bacaan

(6)   hitunglah kecepatan bacamu dengan menggunakan rumus berikut.

 

 

Bagaimana hasilnya? Bagus, bukan? Selamat atas keberhasilanmu!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8.  Mengidentifikasi Kata Dasar dan Imbuhan

 

Coba kamu baca kembali kalimat berikut!

 

Suatu ketika, Budha menceritakan sebuah ceritera tentang orang-orang buta dan seekor gajah

 

Kalimat tersebut terdiri atas dua belas kata. Jika kamu amati dengan saksama, dari kedua belas kata tersebut terdapat tiga kata berimbuhan, yaitu: menceritakan, sebuah, dan seekor. Kata sebuah berasal dari kata dasar buah dan mendapatkan imbuhan berupa awalan, yaitu se-. Demikian juga dengan kata seekor, berasal dari kata dasar ekor dan awalan se-. Pada sisi lain kata menceritakan berasal dari kata ceritakan dan mendapat awalan meN-. Kata ceritakan berasal dari kata dasar cerita dan mendapatkan akhiran –kan.

 

Coba kamu bandingkan dengan kata keagamaan dalam kalimat berikut!

 

Budha tak mengerti mengapa banyak ajaran waktu itu, contohnya ajaran keagamaan, saling mempersoalkan kebenaran dan masing-masing menyatakan hanya ajarannya sendiri yang paling benar, sementara ajaran agama lain salah.

 

Kata keagamaan berasal dari kata agama dan mendapat konfiks (gabungan awalan dan akhiran yang mengapit kata dasar secara serentak dan membentuk satu kesatuan), yaitu ke-an. Kata keagamaan tidak beraal dari kata agamaan dan awalan ke-, karena tidak ada kata agamaan dalam bahasa Indonesia.

 

Nah, dari uraian tersebut dapat kamu temukan bahwa afiks atau imbuhan dalam bahasa Indonesia ada beberapa macam, yaitu:

 

(1)   awalan (prefiks) adalah imbuhan yang diletakkan di muka kata dasar

(2)   akhiran (sufiks) adalah imbuhan yang diletakkan di belakang kata dasar

(3)   konfiks adalah imbuhan yag mengapit kata dasar secara serentak dan membentuk satu kesatuan

(4)   sisipan (infiks) adalah imbuhan yang disisipkan di tengah kata dasar, misalnya kata kinerja berasal dari kata kerja dan mendapat sisipan –in-.

 

Identifikasilah kata-kata berimbuhan yang terdapat pada paragraf berikut!

 

Seorang buta yang telah meraba bagian kakinya membandingkan gajah dengan gelondong kayu. Seorang buta yang telah meraba perutnya membandingkannya dengan sebuah balon. Seorang buta yang telah meraba taringnya membandingkannya dengan sebatang kayu yang bulat dan halus. Seorang buta yang telah meraba kepalanya membandingkannya dengan sebuah panci. Seorang buta yang telah meraba belalainya membandingkannya dengan selang air. Akhirnya seorang buta lain yang telah meraba bagian ekornya tidak mau ketinggalan. Ia membandingkan seekor gajah dengan tali tambang yang sudah rusak.

 

C.  Menulis Pantun

 

Pantun adalah wujud konkret warisan budaya leluhur yang harus kita lestarikan. Coba kamu amati kegunaan pantun dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, di radio, di televisi, atau di media cetak! Coba kamu sebutkan beberapa lagu yang di dalamnya terdapat bait-bait pantun! Nah, ternyata acara di radio atau televisi juga menggunakan pantun sebagai sarana untuk memperindah atau menghangatkan suasana. Melihat begitu banyak kegunaan pantun dalam kehidupan kita, pada pembelajaran ini kamu akan belajar menulis pantun. Agar kamu dapat menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun, lakukanlah aktivitas berikut: (1) menemukan ciri-ciri pantun, (2) menemukan jenis-jenis pantun, (3) menyanyikan lagu berbentuk pantun, (4) melengkapi pantun yang rumpang dan pantun karmina (dua baris) (5) adu cepat berbalas pantun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. 1.      Menemukan Ciri Pantun

 

Bacalah contoh pantun berikut!

 

Contoh pantun

 

(1)

Jual irri dengan kandil

Kandil buatan orang Inggris

Melihat buaya menyandang bedil

irrin kerbau tegak berbaris

 

(2)

Anak bakau di rumpun salak

Patah taruknya ditimpa genta

Riuh kerbau tergelak-gelak

Melihat beruk berkaca-mata

 

(3)

Pohon manggis pohon embacang

Ketiga dengan pohon lulita

Duduk menangis abang pincang

Katanya jalan tidak rata

 

(4)

Kalau ada sumur di irri

Bolehkah kita menumpang mandi

Kalau ada umurku panjang

Bolehlah kita bertemu lagi

 

Diskusikan dengan anggota kelompokmu irri-ciri pantun yang telah kamu baca (identifikasi) tersebut dengan berpedoman pada pertanyaan pemandu diskusi berikut ini! Jangan lupa diskusikan pula pesan moral dan nilai budi pekerti yang terkandung di dalam pantun di atas!

 

Tambahan:

Di samping itu, jangan lupa, kamu harus mematuhi tata cara dan sopan santun dalam berdiskusi, yaitu

(1)   dapat menahan emosi atau dapat bersabar

(2)   dapat menghargai pendapat orang lain

(3)   dapat bersikap dan berbahasa secara santun dalam menyampaikan pertanyaan, pendapat, atau tanggapan

(4)   dapat menyadari bahwa orang lain juga memiliki hak untuk berbicara

(5)   jangan memotong pembiaraan orang lain

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No.

Aspek

Pertanyaan Pemandu diskusi

1

Bentuk:

  • Baris
  • Suku kata
  • Persajakan
  1. Berapa jumlah baris dalam satu bait?
  2. Berapa jumlah suku kata dalam tiap baris?
  3. Apakah yang dimaksud dengan persajakan?
  4. Bagaimana persajakan pada tiap-tiap bait pantun?

2

Isi Setiap bait pantun terdapat sampiran dan isi

  1. Apakah yang dimaksud dengan sampiran?
  2. Apakah yang dimaksud dengan isi?
  3. Terletak di baris ke berapakah sampiran pantun?
  4. Terletak di baris ke berapakah isi pantun?

 

Perubahan:

(Tabel di atas diganti dengan tabel yang lebih lengkap berikut ini.)

 

No.

Aspek

Pertanyaan Pemandu diskusi

1 Bentuk:

  • Baris
  • Suku kata
  • Bunyi akhir tiap baris (persajakan)
  1. Berapa jumlah baris dalam satu bait pada pantun yang sudah kamu amati?
  2. Berapa jumlah suku kata dalam tiap baris pada pantun yang sudah kamu amati?
  3. Apakah yang dimaksud dengan persajakan?
  4. Bagaimana persajakan pada tiap-tiap bait pantun yang kamu amati?

2

Isi:

  • Baris pertama dan kedua (sampiran)
  • Baris ketiga dan keempat (isi atau maksud)
Setiap bait pantun terdapat sampiran dan isi

  1. Apakah yang dimaksud dengan sampiran?
  2. Apakah yang dimaksud dengan isi?
  3. Terletak di baris keberapakah sampiran pantun?
  4. Terletak di baris keberapakah isi pantun?

3

Pesan moral dan nilai budi pekerti
  1. Pesan moral apa yang terkandung di dalam pantun (1) s.d. (4) di atas?
  2. Nilai budi pekerti apa yang terkandung di dalam pantun (1) s.d. (4) di atas?

 

  1. 3.      Menemukan Jenis-jenis Pantun

Pantun dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut tujuannya. Pertama, pantun nasihat, yaitu pantun yang bertujuan memberi nasihat dan pesan moral. Kedua, pantun cinta atau remaja, yaitu pantun yang bertujuan untuk mengungkapkan perasaan terkait dengan masalah cinta. Ketiga, pantun jenaka, yaitu pantun yang hanya bertujuan untuk menghibur atau berkelakar.

Klasifikasikanlah pantun-pantun berikut sesuai dengan jenisnya, kemudian berilah alasan!

 

Pantun 1

Pulau pandan jauh ke tengah

Gunung Daik bercabang tiga

Hancur badan dikandung tanah

Budi yang baik dikenang juga

 

Pantun 2

Pohon manggis di tepi rawa

Tempat kakek 1 tidur beradu

Sedang menangis nenek tertawa

Melihat kakek bermain gundu

 

 

Pantun 3

Dari mana datangnya lintah

Dari sawah turun ke kali

Dari mana datangnya cinta

Dari mata turun ke kali

 

Pantun 4

Tanam jerangau di bukit tinggi

Mati dipijak anak badak

Melihat sang bangau sakit gigi

Gelak terbahak penghulu katak

 

Pantun 5

Anak bakau di rumpun salak

patah taruknya6 ditimpa genta

Riuh kerbau tergelak-gelak

Melihat beruk berkaca mata

 

Format panduan diskusi

 

No.

No. Pantun

Jenis Pantun

Alasan

1 Pantun 1    
2 Pantun 2    
3 Pantun 3    
4 Pantun 4    
5 Pantun 5    

 

 

  1. 7.      Menyanyikan Lagu Berbentuk Pantun

 

Nyanyikan lagu di bawah ini secara bersama-sama!

 

CINDAI

Penyanyi: Siti Nurhaliza

 

Cindailah mana tidak berkias

Jalinnya lalu rentah beribu

Bagailah mana hendak berhias

Cerminku retak seribu

 

Mendendam unggas liar di hutan

Jalan yang tinggal jangan berliku

Tilamku emas cadarnya intan

Berbantal lengan tidurku

 

Hias cempaka kenanga tepian

Mekarnya kuntum nak idam kumbang

Puas kujaga si bunga impian

Gugurnya sebelum berkembang

 

Hendaklah hendak hendak kurasa

Puncaknya gunung hendak ditawan

Tidaklah tidak tidak kudaya

Tingginya tidak terlawan

 

Janganlah jangan jangan kuhiba

Derita hati jangan dikenang

Bukanlah bukan bukan kupinta

Merajuk bukan berpanjangan

 

Akar beringin tidak berbatas

Cuma bersilang paut di tepi

Bidukku lilin layarnya kertas

Seberang laut berapi

 

Gurindam lagu bergema takbir

Tiung bernyanyi pohonan jati

Bertanam tebu di pinggir bibir

Rebung berduri di hati

 

Laman memutih pawana menerpa

Langit membiru awan bertali

Bukan dirintih pada siapa

Menunggu sinarkan kembali

 

Setelah kamu menyanyikan lagu tersebut, coba kelompokkan mana yang termasuk sampiran dan mana yang termasuk isi. Kemudian, carilah maksud atau arti isi pantun tersebut!

 

Panduan diskusi

 

Bait

Sampiran

Isi

Maksud Isi

1

Cindailah mana tidak berkias/

Jalinnya lalu rentah beribu

Bagailah mana hendak berhias/

Cerminku retak seribu

Bagaimana mau bercermin, kalau cermin kita pecah berkeping-keping.

Dst.

Dst.

Dst.

Dst.

 

 

  1. 4.      Melengkapi Pantun

 

Lengkapilah rumpang pada pantun berikut!

 

Dari Yogya pergi ke Malang

Naik bus melewati Batu

………………………………

………………………………

 

Beli obat di warung Pak Syukri

Pulangnya singgah ke pasar kembang

…………………………………………….

…………………………………………….

 

Bang Sakur pergi ke Cibubur

Menengok kerabat yang sedang sakit

………………………………………….

…………………………………………….

 

Bang Jaja kepalanya botak

Bang Sueb rambutnya pirang

………………………………………….

…………………………………………….

 

4.  Adu Cepat Menulis Pantun

(1)   Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4  s.d. 5 siswa!

(2)   Dalam waktulimamenit, buatlah paling sedikit dua bait pantun! Perhatikan syarat-syarat yang telah kalian pelajari di atas!

(3)   Tempelkan hasil terbaik kalian di majalah dinding!

 

 

5.  Menilai Pantun yang Telah Ditulis

 

Nilailah pantun yang ditulis oleh kelompok lain dengan menggunakan kriteria penilaian berikut ini! Lakukan dengan cermat dan jujur!

 

No.

Aspek yang Diamati dan Bobot

Skor

1 Kesesuaian dengan syarat pantun dari segi bentuk (Tiap bait terdiri atas 4 baris, tiap baris terdiri atas 8 s.d. 12 suku kata, persajakan abab)

Alternatif penilaian:

  • sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 5)
  • hanya sesuai dengan 2 syarat pantun  (dengan bobot 3)
  • tidak sesuai dengan semua syarat pantun  (dengan bobot 1)
 

2

Kesesuaian dengan syarat pantun dari segi isi (baris 1 dan 2

adalah sampiran dan baris 3 dan 4 adalah isi)

Alternatif penilaian:

  • sesuai dengan semua syarat pantun (dengan bobot 5)
  • hanya sesuai dengan 1 syarat pantun  (dengan bobot 3)
  • tidak sesuai dengan semua syarat pantun  (dengan bobot 1)
 

3

Kemenarikan isi pantun

Alternatif penilaian:

  • isi bermakna dan bervariasi (dengan bobot 5)
  • isi bermakna namun kurang bervariasi (dengan bobot 3)
  • isi tidak bermakna dan tidak bervariasai  (dengan bobot 1)
 

4

Ketepatan penulisan ejaan dan tanda baca

  • tidak ada kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca (dengan bobot 5)
  • ada 2 atau 3 kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca  (dengan bobot 3)
  • lebih dari 3 kesalahan penulisan ejaan dan tanda baca  (dengan bobot 1)
 

5

Pesan moral dan nilai budi pekerti

  • mengandung pesan moral dan nilai budi pekerti (dengan bobot 5)
  • tidak mengandung pesan moral dan nilai budi pekerti (dengan bobot 1)
 

SKOR MAKSIMAL

25

SKOR PEROLEHAN

 

 

 

D.  Rangkuman

 

Pada unit kegiatan di atas, kamu telah belajar menceritakan pengalaman yang paling mengesankan. Dari pembelajaran ini kamu telah belajar bercerita dengan memperhatikan intonasi, dan ekpresi. Kamu juga telah belajar membaca cepat dan menarik simpulan dari teks yang kamu baca. Mengidentifikasi kata dasar dan kata berimbuhan juga telah kamu lakukan dalam pembelajaran ini. Pembelajaran diakhiri dengan kegiatan bersastra, yaitu menulis pantun. Kamu telah belajar mengenali ciri pantun, jenis-jenis pantun, melengkapi pantun yang rumpang, dan menulis pantun.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. E.     Evaluasi

 

  1. 1.      Pilihlah satu jawaban yang tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d!

 

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Dari pengalamanlah kita bisa belajar banyak hal. Kita bisa belajar bagaimana mengatasi masalah yang rumit, yang sulit dipecahkan. Dari pengalaman juga kita belajar bersosialisasi menghadapi segala macam persoalan yang sangat kompleks. Seringkali tanpa sengaja kita dapat bertindak arif dan bijak, padahal semua itu sebenarnya buah dari pengalaman yang mungkin tidak kita sadari.

 

(1)          Ide pokok aragraph tersebut di atas adalah …

  1. Pengalaman adalah guru yang terbaik.
  2. Kita ara belajar dari pengalaman.
  3. Kita bisa bertindak arif dari pengalaman.
  4. Dari pengalaman kita bisa belajar banyak.

 

Kumur-kumur dengan air putih dapat membantu mencegah pilek. Menurut para ahli, kumur dengan air putih biasa bisa mencegah pilek sampai 30%. Para periset membagi sekitar 400 orang ke dalam 3 grup. Masing-masing berkumur dengan antiseptic, air biasa, dan tidak kumur sama sekali. Hasilnya, grup yang kumur dengan air putih 36% lebih rendah terkena infeksi. Kumur-kumur menurunkan risiko karena membilas virus keluar dari mulut. Selain itu, menjaga jaringan tetap basah menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi pathogen.

 

(2)          Ide pokok aragraph tersebut di atas adalah …

  1. Kumur dengan air putih menurunkan risiko terkena penyakit.
  2. Kumur-kumur dengan air putih mencegah pilek.
  3. Kumur-kumur dapat membilas virus keluar dari mulut.
  4. Kumur-kumur berguna untuk menjaga jaringan agar tetap basah.

 

Kadang kita diserang rasa lapar pada malam hari yang membuat kita ingin ngemil. Untuk mengatasinya, coba minum air putih dengan disesap secara perlahan ketimbang dalam regukan besar pada saat makan. Minum terlalu banyak secara sekaligus mengencerkan cairan pencerna yang dikeluarkan di dalam mulut. Mengakibatkan makanan sulit dipecah secara tepat sehingga nutrient yang mengenyangkan banyak yang dikeluarkan ketimbang diabsorp. Minum dengan disesap mengoptimalkan pencernaan, membuat perut dapat memproses makanan secara baik dan mengirimkan sinyal kenyang ke otak. Hasilnya, Anda akan merasa kenyang sampai pagi hari. (Dikutip dari Majalah Aura Edisi Minggu ke-1 Tanggal 7-13 Februari 2005)

 

(3)       Simpulan paragraf tersebut di atas adalah …

  1. Mengurangi ngemil dengan cara minum air putih dengan cara disesap secara perlahan.
  2. Kiat minum agar makanan dapat diproses dengan baik.
  3. Kiat mengoptimalkan pencernaan dengan cara minum air putih dengan disesap.
  4. Kiat agar tetap kenyang sepanjang hari.

 

Akhirnya ia memperoleh hasil sebagai berikut: 40% membandingkannya dengan gelondongan kayu, 20% dengan batang kayu yang bulat dan halus, dan masing-masing 10% dari mereka yang membandingkannya dengan panci besar, sebuah balon, selang air dan tali tambang yang rusak. Sangat logis bukan? Seekor gajah memiliki 4 kaki besar seperti gelondong kayu ( 40%) dan 2 taring ( 20%), Sedangkan untuk kepala, belalai, perut dan ekor hanya 1 ( 10%). Sebagaimana para ilmuwan meyakini bahwa kemayoritasan memainkan peranan, cenderung yakin bahwa mayoritas adalah kebenaran, maka ia menyatakan bahwa seekor gajah itu seperti gelondongan kayu karena hampir setengah menyatakannya. Jadi di dalam kasus ini, mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran.

 

(4)       Tujuan utama paragraf tersebut di atas adalah …

  1. Memberikan informasi yang tidak lazim
  2. Memberikan informasi yang aneh.
  3. Membuktikan bahwa pendapat mayoritas tidak secara otomatis sebuah kebenaran.
  4. Menyatakan pendapat yang sama dengan pendapat umum.

 

(5)       Simpulan aragraph tersebut di atas adalah …

  1. Pendapat mayoritas tidak otomatis sebuah kebenaran.
  2. Pendapat mayoritas otomatis sebuah kebenaran.
  3. Kemayoritasan adalah sebuah kebenaran.
  4. Mayoritas memegang peranan penting.

 

 

Makanan Pembunuh

 

Maksud judul itu bukanlah ………….yang ……………oleh pembunuh, melainkan makanan yang dapat membunuh manusia yang ……………..

 

(6)       Kata berimbuhan yang tepat untuk melengkapi kalimat yang rumpang tersebut adalah …

  1. makan, memakan, dimakan.
  2. makanan, dimakan, memakan.
  3. makanan, memakan, memakannya.
  4. makanan, dimakan, memakannya.

(7)       Penulisan kata berimbuhan asing yang bergaris bawah berikut telah benar, kecuali

  1. Warga desa membangun gedung pertemuan secara swadaya.
  2. Bulan depan, mereka akan mengikuti lomba voli antarprovinsi.
  3. Paratunawisma di bawah jembatan Semanggi akan ditertibkan.
  4. Mereka tidak menyukai kegiatan yang bersifat nonteknis.

(8)       Kalimat yang menggunakan tanda koma secara tepat adalah ….

  1. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil coba minum air putih, dengan disesap secara perlahan.
  2. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih, dengan disesap secara perlahan.
  3. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih dengan disesap secara perlahan.
  4. Untuk mengurangi kebiasaan ngemil, coba minum air putih dengan disesap, secara perlahan.

 

  1. 2.      Uji Praktik
    1. Ceritakanlah pengalamanmu yang paling berkesan secara singkat (tiga menit), dan dengan ekspresi dan intonasi yang sesuai serta bahasa yang efektif!
    2. Tulislah dua bait pantun karyamu sendiri!

 

 

  1. 3.      Penilaian Pengembangan Nilai Karakter

 

Untuk mengukur ketercapaian pengembangan nilai karakter peserta didik digunakan pedoman observasi, lembar penilaian diri (evaluasi diri), dan lembar penilaian antarteman. Pada unit pelajaran ini, pengembangan nilai karakter difokuskan pada pengembangan nilai kepedulian.

 

  1. a.      Pedoman observasi

 

Nama Siswa : …………………………………………

Kelas             : …………………………………………

 

Aspek Penilaian dan Indikator Pencapaian

Skor

(1 s.d. 4)

Aspek Penilaian:

Kepedulian terhadap diri sendiri

Indikator Pencapaian:

bersikap sopan dan berbahasa dengan santun

   
Aspek Penilaian:

Kepedulian terhadap teman atau orang lain

Indikator Pencapaian:

menghargai pendapat dan hak orang lain

   
Aspek Penilaian:

Kepedulian terhadap lingkungan sekitar

Indikator Pencapaian:

dapat menjaga kebersihan dan ketenangan lingkungan sekitar

   

Total Skor Maksimal

12

 

Jumlah Perolehan Skor

   

 

 

Keterangan:

 

Skor terendah 1 dan skor tertinggi 4 dengan keterangan sebagai berikut.

Skor 1   =  kurang tampak, yaitu apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator

Skor 2   =  sudah tampak, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator, tetapi belum konsisten

Skor 3   =  berkembang, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tandatanda perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator, tetapi kurang konsisten

Skor 4   =  membudaya, yaitu apabila peserta didik terus-menerus (selalu) memperlihatkan perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten

 

 

Penilaian:

 

Nilai = jumlah skor x 100 = ………..

skor maks (12)

 

 

  1. b.         Lembar evaluasi diri

 

Nama Siswa : …………………………………………

Kelas             : …………………………………………

 

Tentukan skor (1 s.d. 4) pada setiap aspek penilaian diri sendiri berikut ini. Lakukan secara jujur dan objektif sebagai rasa tanggung jawab Anda kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 

Aspek Penilaian dan Indikator Pencapaian

Skor

(1 s.d. 4)

Aspek Penilaian:

Kepedulian terhadap diri sendiri

Indikator Pencapaian:

bersikap sopan dan berbahasa dengan santun

   
Aspek Penilaian:

Kepedulian terhadap teman atau orang lain

Indikator Pencapaian:

menghargai pendapat dan hak orang lain

   
Aspek Penilaian:

Kepedulian terhadap lingkungan sekitar

Indikator Pencapaian:

dapat menjaga kebersihan dan ketenangan lingkungan sekitar

   

Total Skor Maksimal

12

 

Jumlah Perolehan Skor

   

 

 

 

 

Keterangan:

 

Skor terendah 1 dan skor tertinggi 4 dengan keterangan sebagai berikut.

Skor 1   =  kurang tampak, yaitu apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator

Skor 2   =  sudah tampak, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator, tetapi belum konsisten

Skor 3   =  berkembang, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tandatanda perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator, tetapi kurang konsisten

Skor 4   =  membudaya, yaitu apabila peserta didik terus-menerus (selalu) memperlihatkan perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten

 

 

Penilaian:

 

Nilai = jumlah skor x 100 = ………..

skor maks (12)

 

 

  1. c.       Lembar penilaian antarteman

 

Nama Siswa yang Dinilai           : …………………………………………

Kelas                                              : …………………………………………

Nama Siswa yang Menilai          : …………………………………………

Kelas                                              : …………………………………………

 

Tentukan skor (1 s.d. 4) pada setiap aspek penilaian antarteman berikut ini. Lakukan secara jujur dan objektif sebagai rasa tanggung jawab Anda kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 

 

Aspek Penilaian dan Indikator Pencapaian

Skor

(1 s.d. 4)

Aspek Penilaian:

Kepedulian terhadap diri sendiri

Indikator Pencapaian:

bersikap sopan dan berbahasa dengan santun

   
Aspek Penilaian:

Kepedulian terhadap teman atau orang lain

Indikator Pencapaian:

menghargai pendapat dan hak orang lain

   
Aspek Penilaian:

Kepedulian terhadap lingkungan sekitar

Indikator Pencapaian:

dapat menjaga kebersihan dan ketenangan lingkungan sekitar

   

Total Skor Maksimal

12

 

Jumlah Perolehan Skor

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan:

 

Skor terendah 1 dan skor tertinggi 4 dengan keterangan sebagai berikut.

Skor 1   =  kurang tampak, yaitu apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator

Skor 2   =  sudah tampak, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator, tetapi belum konsisten

Skor 3   =  berkembang, yaitu apabila peserta didik sudah memperlihatkan tandatanda perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator, tetapi kurang konsisten

Skor 4   =  membudaya, yaitu apabila peserta didik terus-menerus (selalu) memperlihatkan perilaku atau karakter yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten

 

Penilaian:

 

Nilai = jumlah skor x 100 = ………..

skor maks (12)

 

 

F.  Refleksi

 

Setelah kamu berdiskusi, berlatih, dan melaksanakan semua kegiatan dalam pembelajaran ini, cobalah kamu renungkan kembali apa yang telah kamu kuasai dan belum kamu kuasai. Ungkapkan pula kesanmu terhadap pembelajaran yang telah kamu laksanakan. Untuk itu, berikanlah tanda centang (√) pada panduan berikut ini dengan jujur dan objektif atau apa adanya!

 

No.

Pertanyaan Pemandu

Ya

Tidak

1

Saya dapat bercerita dengan ekspresi, intonasi yang sesuai dan menggunakan kalimat efektif    

2

Saya memahami perbedaan kata dasar dan kata berimbuhan    

3

Saya dapat menghitung kecepatan membaca saya    

4

Saya dapat menjawab pertanyaan dari isi bacaan yang saya baca    

5

Saya dapat menyimpulkan isi teks yang saya baca    

6

Saya bangga dapat menulis pantun yang memenuhi syarat-syarat pantun    

7

Saya dapat menilai pantun yang ditulis teman dan saya tulis sendiri    

8

 Menurut saya, latihan-latihan dalam bab ini mudah diikuti dan membuat saya senang belajar bahasaIndonesia    

Sumber: Materi Pelatihan Pendikan SMP 2011

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

  1. A.    Contoh Hasil Pengembangan Silabus

 

  1. B.     Contoh Hasil Penyusunan RPP

 

 

 

1 Response to "PANDUAN PENDIDIKAN KARAKTER MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA"

Terima kasih ya Pak.. sangat berguna sekali

Leave a comment

Email:

rppguswur@gmail.com

Belajar Inggris

BelajarInggris.Net 250x250

Blog Stats

  • 5,087,276 hits

Pengunjung

free counters

blogstat

Alexa Certified Site Stats for www.aguswuryanto.wordpress.com

Incoming traffic

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 241 other subscribers